NASEHAT UNTUK KELOMPOK SALAFI
Oleh : Al-Mujaddid
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya !!!.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senatiasa juga tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah SWT. Dan seluruh umat Islam yang istiqomah untuk terus melanjutkan estafet dakwah mereka dengan berusaha meninggikan kalimat Allah SWT dengan ditegakkannya syari’at Islam dalam istitusi Daulah Al-Khilafah Ar-Rasyidah yang akan segera tegak dalam waktu dekat dengan izin dan pertolongan Allah SWT.
Kami juga mendo’akan semoga KELOMPOK SALAFI tetap dalam perlindungan dan naungan dari Allah SWT. Amma ba’du :
Wahai Salafi, melalui surat ini kami ingin menyampaikan beberapa nasehat kepada kalian, ini merupakan kewajiban dari sesama muslim untuk saling memberi nasehat. Kami ingin mengingatkan kepada saudara, bahwa saling mencintai karena Allah dan menjalin persaudaraan dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling utama, dan ia adalah buah dari akhlak yang terpuji. Adapun berkaitan dengan akhlak yang baik, Allah menegaskan : “Dan sesungguhnya kamu bener-benar mempunyai budi pekerti yang agung” (QS– Al-Kalam:4). Adapun mengenai persaudaraan dan kebersamaan, maka Allah SWT berfirman : “Maka dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara” (QS – Ali Imran : 103).
Dan bukankah Allah telah menjanjikan melalui lisan suci nabinya bahwa ia akan memberi naungan kelak pada hari kiamat kepada hamba-Nya yang saling mencintai karena-Nya, dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, sebagaimana hadis dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW : Sesungguhnya Allah SWT berfirman kelak pada hari kiamat, dimana orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku pada hari aku menaungi mereka dalam Naungan-Ku. Tidak ada naungan (pada saat itu) kecuali naungan-Ku (HR. Muslim no. 2566\Bab Fi Fadhli Al-Hubbi Fillah). Maka renungkan ini, wahai Salafi !?!
TUDUHAN KEPADA SEBUAH HARAKAH DAKWAH SEBAGAI AHLUL AHWA’
Wahai Salafi, ada hal yang harus kami ingatkan kepada kalian tentang tuduhan saudara bahwa orang atau kelompok yang tidak menjadikan hadis ahad sebagai dalil dalam masalah aqidah adalah Ahlul Ahwa’ (pengikut hawa nafsu). Kami ingatkan bahwa tuduhan seperti ini (tanpa dasar alasan yang benar) adalah laknat yang anda lontarkan kepada saudara anda sesama muslim !!!
Kami ingin saudara memperhatikan hadis Rasul SAW dari Abu Darda’ ra. : “Seorang hamba jika ia melaknat sesuatu, laknat itu akan naik ke langit lalu pintu-pintu langit ditutup, kemudian laknat itu dikembalikan ke bumi lalu pintu-pintunya pun (pintu-pintu bumi) ditutup. Lalu ia mencari kekanan dan kekiri sampai tidak ada lagi ijin (tempat). Lalu ia akan kembali pada yang dilaknat jika laknat itu benar. Jika tidak, maka laknat itu akan kembali pada yang melaknat” (HR. Abu Dawud no. 4905 \ Bab Fi Al-La’an) .
Imam Adz-Dzahabi mengunakan hadis ini untuk menetapkan dosa melaknat tanpa alasan yang benar merupakan dosa besar (Lihat Kitab Al-Kabair oleh Imam Adz-dzahabi). Jadi hendaknya kelompok salafi berhati-hati dengan tuduhan yang ia lontarkan !
Lagipula apa yang kalian ucapkan adalah bukan termasuk akhlak seorang muslim yang senantiasa menjaga lisannya dari kata yang melaknat, sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Nabi SAW : “Bukanlah seorang muslim yang suka melaknat, mencela, berkata keji dan kotor” (HR. Ibn Hibban no. 196\Bab Dzikru Nafyi Ismi Al-Imam ‘Aman Ata bi Baghdil Khisal Al-lati Tanqushu bi ityanihi imanihi).
Islam telah melarang untuk melaknat salah satu dari makluk-Nya seperti melaknat angin, apalagi laknat kepada makhluk-Nya yang bernama manusia hanya karena sikap ta’ashub yang berlebihan sehingga tidak bisa lagi melihat antara yang haq dan yang batil, hanya hitam-putih menurut Ustadz atau syeikhnya !! Yang hakekatnya ia telah mengabaikan banyak hadis shahih dalam masalah keharusan menjaga kehormatan seorang muslim dengan dalih memerangi dan mengingkari ahlul bid’ah !?!. Perhatikan hadis berikut, wahai Salafi :
Dari Ibn Abbas ra., seorang lelaki melaknat angin kemudian Nabi SAW bersabda : “Janganlah kamu melaknat angin, karena hal itu tidak diperintahkan. Dan barangsiapa melaknat sesuatu padahal ia bukan orangnya (tuduhan yang tidak berdasar), maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat !” (HR. At-Tirmidzi no.1978\Bab Ma jaa fil laknah).
Apalagi kalian menyatakan sebuah gerakan Islam beserta orang yang ada didalamnya, ‘aqidahnya telah menyimpang’. Ucapan ini berbahaya karena mengandung takfir (pengkafiran). Karena seorang muslim yang menyimpang aqidahnya, maka ia telah keluar dari Islam. Atas dasar apa anda menuduh mereka telah meyimpang aqidahnya ?? Apa hanya karena ucapan seorang Ustadz atau syeikh yang sama sekali tidak pernah membaca – apalagi mengkaji pendapat dan pemikiran dari Gerakan yang bersangkutan !!!
Sekali lagi kami ingatkan saudara dengan hadis Rasul SAW dari Ibn Umar ra.: “Siapa saja yang berkata kepada saudaranya : ‘Wahai orang kafir’. Maka akan kembali (sebutan kafir itu) kepada salah satu dari keduanya (orang yang dituduh), jika ia seperti yang dituduhkan. Jika tidak (sebutan kafir itu) akan kembali kepadanya” (orang yang menuduh) (HR. Muslim no. 60 dalam Bab Bayan Hal Al-Iman Man Qala li Akhihi Al-Muslim : ‘Ya Kafir’).
Seandainya kalian mau mengkaji langsung pada kitab2 dari harokah yg kalian tuduh dan bertabayun dengan anggota dari harokah yg bersangkutan. Pasti kalian tahu bahwa sebagian besar apa yang dituduhkan adalah tidak benar, bahkan merupakan fitnah. Seandainya tuduhan peyimpangan aqidah ini tidak terbukti, kami takut tuduhan ini akan kembali kepada kalian !?!. Maka berhati-hatilah wahai saudaraku, atas apa yang kalian perbuat dan kalian ucapkan karena itu akan dimintai pertanggung jawaban di sisi Allah SWT !!!
Apakah kalian tidak menginginkan apa yang Allah janjikan kepada hambanya yang saling mencintai kerana-Nya. Dan itu diejawantahkan dengan ucapan yang baik yang jauh dari mencela, mengfitnah atau menghina saudaranya sesama muslim !?! Kenikmatan itu berupa istana di dalam surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan !!. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Imam Ali ka. dari Nabi SAW : “Didalam surga terdapat sebuah kamar yang kamu dapat melihat dalamnya dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dari dalamnya. Seorang arab (badui) berdiri lalu berkata : Wahai Rasullullah, untuk siapa (kenikmatan) itu ? Rasul SAW menjawab : Bagi mereka yang baik ucapannya, memberi makan (pada faqir miskin), senantiasa berpuasa, melakukan shalat untuk Allah pada malam hari ketika manusia sedang terlelap dalam tidurnya” (HR. At-Tirmidzi no. 1984\Bab Maa Jaa fi Al-Qaul bil Ma’ruf) .
MAKNA SILAHTURAHIM
Wahai Salafi, kalian menyatakan tidak ada silaturahim dengan ahlul bid’ah (menurut definisi anda dan kelompok anda), bahkan ‘wajib’ memutuskannya sebagai tahdzir atas bid’ah yang ia lakukan !?. Sehingga dengan ‘serampangan’ kalian kemudian menyimpulkan bahwa memutuskan hubungan dengan umat Islam yang lain (mungkin dengan orang yang pernah menjadi sahabat anda) karena suatu alasan, seperti mereka berbeda kelompok dengan kalian atau aqidah mereka menurut ‘anggapan’ kalian adalah sesat adalah tidak termasuk memutus tali silaturahmi !?!. Untuk menjelaskan ‘syubhat’ ini hendaknya kalian memperhatikan ayat Al-Qur’an berikut : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka, dan dibutakan penglihatan mereka” (Surat Muhammad : 23-24 ).
Imam Ath-Thabari menjelaskan ayat ini sebagai berikut : “Apakah kamu akan kembali seperti pada masa jahiliyah dengan bermusuhan dan berpecah belah setelah Allah SWT mempersatukan kalian dengan Islam dan ia (Allah SWT) telah mempersatukan hati mereka dengannya (Islam)” (Lihat tafsir Ath-Thabari jilid 26\hal.56).
Imam Ibn Katsier menambahkan apakah kamu akan kembali seperti kebodohan pada masa jahiliyah dengan saling menumpahkan darah (karena hal yang sepele) dan saling memutus tali sitaturahim (diantara kalian). Merekalah yang diancam dengan ayat : ‘Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka, dan dibutakan penglihatan mereka’. Maka Allah melarang membuat kerusakan secara umum dan memutus tali silaturahmi secara khusus. Dan sebaliknya Allah memerintahkan untuk membuat kebaikan di muka bumi dan menyambung tali silaturahmi (Lihat tafsir Ibn katsier jilid 4\hal. 179).
Lalu siapakah yang dimaksud dalam ayat ini, kalau bukan kaum muslimin yang hidup pada masa Rasul SAW yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar ? Bukankan kaum Muhajirin dan Anshar tidak ada hubungan kekerabatan ? Bukankah hal pertama yang dilakukan oleh Rasul SAW setelah hijrah ke madinah adalah mempersaudarakan orang Muhajirin dan Anshar, contohnya adalah bagaimana beliau SAW mempersaudarakan antara Abu bakar dengan Kharijah ibn Zaid, antara Umar ibn al-Khatab dengan Utban ibn Malik Al-Khazraji, antara Thalhah ibn Ubaidillah dengan Abu Ayub Al-Anshari, Abdurrahman ibn Auf dengan Sa’ad ibn Rabi’ (Lihat Sirah Ibn Hisyam dan Sirah Ibn Ishaq)!
Ketahuilah, bahwa persaudaraan ini adalah dalam hal agama dan kehormatan, bukan dalam hal nasab (Lihat Kitab Tafsir Ath-Thabari jilid 16\hal. 322-323) !! Walaupun demikian, ikatan persaudaraan yang diikat dengan ikatan aqidah sebagaimana persaudaraan antar umat Islam kedudukannya lebih tinggi daripada ikatan darah, lihatlah dalam perang badar, perang uhud, perang ahzab dan bagaimana seorang anak berperang melawan ayahnya sendiri yang pada waktu masih kafir !
Bukankah Islam juga sangat memuliakan aktifitas silaturrahim dan menyambung tali persaudaraan diantara kaum muslimin. Perhatikan lagi sabda Nabi SAW berikut : ‘Barangsiapa yang senang jika dilapangkan rizkinya atau diakhirkan ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi’ (HR. Muslim no. 2557\Bab. Silah Ar-rahim wa Tahrim Qatha’iha dan HR. Bukhari no 5639\Bab Man Basatha lahu fi Ar-Rizqi bi Silah Ar-Rahim).
Sebaliknya, Allah akan melaknat orang yang memutus tali silaturahim, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis – hadis berikut :
1-Dari Nabi SAW : ” Tidak akan masuk surga orang yang memutus (qathi’) !. Berkata Ibn Abi Umar , Sufyan telah berkata : ‘yakni orang yang memutuskan tali silaturahmi ‘ (HR. Imam Muslim no. 2556\Bab Silah Ar-Rahim wa Tahrim Qatha’iha).
2- Dari Nabi SAW, ia bersabda : “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, setelah Ia selesai menciptakan makluk-Nya, Ar-Rahim (yaitu Allah SWT) berfirman : ‘Ini adalah tempat kamu berlindung dari Al-Qathi’ah (orang yang memutus tali silaturrahim) !’. Berkata (para makhluk-Nya) : ‘Benar (na’am)’. Allah berfirman lagi : ‘Apa kamu ridha, jika Aku menyambung kepada orang yang menyambung (silaturahim) denganmu, dan Aku memutus kepada orang yang memutus (silaturahim) denganmu ?’. (Para Makhluk) menjawab : ‘Mau, Wahai Tuhan’ !’. Ia (Allah SWt) lalu berfirman : ‘Ini untukmu !’. Lalu Rasul SAW membaca ayat (Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan) (Surat Muhammad ayat 22)” (HR. Bukhari no 5641\Bab Washala Washallahullah ) .
Sehingga menjadi suatu hal yang sangat jelas bagi seorang muslim yang ‘berakal’ bahwa aktifitas menyambung tali silaturahim adalah akfitas yang diridhai dan dicintai oleh Allah SWT !!
Suatu aktifitas yang dinafikan oleh sekelompok orang yang dengan mudah mengklaim pendapat atau pemikiran kelompok yang lain yang berbeda dengannya sebagai sesuatu yang bid’ah dalam agama, sekalipun para Ulama sebelumnya tidak ada yang menyebut itu sebagai suatu yang bid’ah selama pendapat itu dibangun dari nash syara’ (Al-Kitab dan As-Sunnah) dan melalui proses istimbath yang benar (dengan metode ushul fiqh yang shahih) ?!? Maka siapa yang akan anda ikuti, apakah nash syara (Al-Kitab dan As-Sunnah) atau klaim kelompok anda yang masih bermasalah ??! Dimana tuduhan-tuduhan itu cenderung mengajak pada permusuhan dan perpecahan, dengan mengabaikan proses dialog untuk mencari pendapat yang lebih rajih (kuat dalil dan argumentasinya), dimana hal ini jelas dimurkai Allah SWT. Dalil untuk masalah ini coba kalian lihat hadis berikut : “Sesungguhnya Allah ketika mencintai seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu berkata : Sungguh Aku telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril-pun mencintainya. Lalu ia menyeru kepada penduduk langit, kemudian berkata : Sesungguhnya Allah SWT telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit-pun mencintainya. Lalu hal ini disampaikan dan diterima oleh penduduk bumi, maka seluruh penduduk bumi -pun mencintainya. Sebaliknya ketika Allah ketika menbenci seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu ia berkata : Sungguh Aku telah membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril-pun menbencinya. Kemudian ia menyeru kepada penduduk langit, lalu ia berkata : Sesungguhnya Allah SWT telah membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka penduduk langit-pun menbencinya. Lalu kebencian itu disampaikan ke bumi, (maka seluruh penduduk bumi-pun membencinya -pent)” (HR. Imam Muslim no. 4773\Kitab Al-Birr Wa Sillah Wa Al-Adab).
Hendaknya kalian, wahai Salafi memperhatikan diri kalian dengan siapa kalian berguru dan bersahabat, ‘apakah ia orang yang alim yang ikhlas, berakhlak mulia dan memuliakan saudaranya dari kaum muslimin; atau seorang yang mengaku Ustadz yang dengan mudah menyalahkan dan mengucap kata keji kepada para Ulama kalau pendapat para Ulama itu tidak cocok dengan selera hawa nafsunya’ !?! Dan sesungguhnya kalian tahu tentang hal ini. Maka camkan peringatan Allah tentang masalah ini : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagimu” (QS Ali Imron: 18).
HAK SEORANG MUSLIM
Wahai Salafi, ada hal lain yang perlu kami sampaikan dalam surat ini. Kami ingin mengingatkan kembali bahwa Islam telah menetapkan sejumlah hak dan kewajiban antar sesama muslim yang harus dijaga dan dilaksanakan. Diantara hak-hak sesama muslim itu adalah :
a- Tidak boleh berprasangka buruk, menyebarkan kabar dusta, saling memata-matai, saling mendengki, saling memusuhi. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW : “Hati-hatilah kamu dari prasangka, sesungguhnya prasangka adalah ucapan paling dusta. Janganlah kamu saling menyebarkan kabar (dusta), janganlah saling memata-matai, saling berbuat kikir, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Maka jadilah hamba Allah yang saling bersaudara” (HR. Muslim no. 2563\Bab Tahrim Adz-dzan wal tajasus wal tanafus wal janajusy wa nahwiiha).
b- Tidak boleh mendzalimi, tidak menolong dan menghina saudaranya sesama muslim. Perhatikan hadis dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW bersabda : “…..Seorang muslim menjadi saudara bagi muslim yang lain, ia tidak mendzaliminya, tidak menolongnya, dan tidak menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram atas muslim lainnya darah, harta dan kehormatannya” (HR. Muslim no. 2564\Bab Tahrim Dzulm Al-Muslim wa Khadzlihi wa Ihtiqarihi wa Damihi wa Irdhihi wa Malihi).
c- Tidak dengan sengaja mencari aib saudaranya sesama muslim. Dalilnya adalah hadis dari Muawiyah ra. dari Nabi SAW : “Jika kamu mencari-cari aib manusia, maka kamu akan merusak mereka atau hampir saja kamu akan merusak mereka” (HR. Abu Dawud no. 4888\Bab Fi An-Nahyi an At-Tajassus).
Dari Ibn Umar ra. ia berkata : Suatu saat Nabi duduk diatas mimbar lalu berseru dengan suara yang keras : “Wahai orang-orang, yang orang lain selamat dari (kejahatan) tangannya, niscaya al-iman tidak akan masuk ke dalam hatinya jikalau ia tidak menyakiti dan mencari aib kaum muslimin. Dan hendaknya kamu jangan mencari aib mereka, barangsiapa mencari aib seorang muslim maka Allah akan mencari aibnya. Dan barangsiapa dicari aibnya oleh Allah, maka Allah akan menampaknya (aibnya) walaupun di dalam rumahnya” (HR. 1494\Bab As-Satr alal muslim wa al-ghadh ala auratihim).
Dari Zaid Ibn Wahab ia berkata : “Seseorang mendatangi Ibn Mas’ud, lalu berkata : Orang ini jenggotnya meneteskan khamr. Lantas Abdullah berkata : Kami melarang untuk melakukan mata-mata dan jika kami melihat sesuatu (kemungkaran), maka kami akan meyampaikannya” (HR. Abu Dawud no. 4890\Bab Maa Ja’a fi Qaul bil Ma’ruf). Lalu bagaimana dengan ucapan-ucapan kalian, yang berusaha mencari-cari kesalahan dari sesama kaum muslimin (kebenaran dari klaim Salafi ini hanya Allah yg Maha Tahu akan kebenarannya, dan akan meminta pertanggung jawabannya bila itu adalah dusta belaka), hanya untuk memuaskan hawa nafsu permusuhan dan kebencian yang dihembuskan oleh syeitan dalam hati kalian !!!
Maka Allah-lah yang lebih layak kalian takuti bukan orang yang kalian anggap syaeikh tapi tidak memiliki kelemah-lembutan dan sikap bijaksana sebagaimana layaknya seorang Alim Rabbani ?!?
d- Membantu saudaranya bila mengalami kesusahan, bukan malah mendzaliminya. Dalil dalam masalah ini :
Dari Nabi SAW : “Seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain. Ia tidak mendzalimi dan membiarkan saudaranya (tidak menolong) ketika memiliki hajat, maka Allah yang akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitan yang ia hadapi kelak di hari kiamat” (HR. Abu Dawud no. 4893\ Bab Al-Muakhah). Sekarang kaji kembali, wahai Ikhwan sikap anda kepada sahabat2 anda dulu, apakah sudah menunjukkan sikap seorang muslim yang beraklak mulia atau seorang teman yang angkuh dan arogan ?!? Kalau mendzalimi orang lain saja adalah dosa besar, lalu bagaimana kalau yang didzalimi itu adalah orang yg pernah menjadi sahabat anta sendiri, demi memaksakan sesuatu pendapat yang tidak ada hak bagi anda untuk memaksakannya ! Ambillah pelajaran wahai Ikhwan !?!
e- Tidak boleh mengghibah saudaranya. Dalilnya dalah hadis dari Abu Hurairah ra. berikut :
Dari Nabi SAW : “Tahukah kamu apa itu ‘ghibah’ (menggunjing) ?. Para Sahabat berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ?. Nabi menjawab : Jika kamu menyebut sesuatu yang tidak disenangi saudaramu. Para Sahabat bertanya lagi : Bagaimana pendapat anda, jika apa yang aku katakan, memang ada pada saudaraku ?, Nabi berkata : ‘Sekalipun apa yang kamu katakan benar, maka kamu telah menggunjingnya dan jika yang kamu katakan tidak benar, maka kamu telah berbuat dusta kepadanya” (HR. Ibn Hibban no. 5789). Kemudian bagaimana dengan ucapan-ucapan kalian yang tiap hari mengghibah saudara kalian yang seharusnya menjadi sahabat kalian, hanya karena mereka tidak sefaham dengan kalian. Dan celakanya kalian tidak pernah berusaha melakukan tabayun dengan yang bersangkutan ?!? Hati-hatilah dengan apa yang anda ucapkan, wahai Salafi!!
Ini adalah sebagian dari hak dan kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya yang harus mereka jaga dan amalkan. Kami juga mengingatkan kalian agar kalian tidak mengatakan sesuatu tentang kelompok atau orang yang berbeda pendapat dengan kalian dengan sebutan yang buruk atau tuduhan yang tidak berdasar. Karena hal itu tentu akan menyakiti hati mereka, apalagi jika hal itu tidak terbukti. Dan kami yakin kalian tahu, jika semua itu tidak terbukti maka ia adalah fitnah keji belaka dan sungguh ini bukan perilaku seorang mukmin, yang semestinya saudaranya terjaga dari kejahatan tangan dan lisannya !?!
Maka semoga kalian mau mengambil pelajaran dari hadis yang diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra. dari Nabi SAW : “Orang mukmin adalah mereka yang manusia merasa aman bersamanya, dan orang muslim adalah mereka yang orang-orang Islam lainnya terjaga dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan keburukan yang dilakukan oleh tangannya. Seorang hamba tidak akan masuk surga jika tetangganya tidak aman dari kejahatannya” (HR. Al-Hakim no. 25).
Demi Allah wahai Salafi, camkan sekalipun ia adalah seorang ahli ibadah, tapi kalau ia tidak mampu untuk menjaga lisannya dari ucapan buruk, melontarkan tuduhan tidak berdasar dan menyebarkan fitnah keji, maka menjadi sia-sialah amal ibadahnya sebagai hukuman atas kesalahannya itu ?!? Semoga kalian dapat mengambil pelajaran dari hadis dari Abu Hurairah ra : seorang laki-laki berkata : Wahai Rasul Allah, ada seorang wanita yang banyak beribadah tetapi ia (suka) menyakiti (orang lain) dengan lisannya !. Maka Nabi SAW menjawab : Wanita itu berada di neraka. Lalu ia bertanya lagi : Wahai Rasul Allah, ada seorang wanita yang sedikit shalat dan puasanya, ia banyak bersedekah serta ia tidak (suka) menyakiti\mengganggu tetangganya ?. Rasul menjawab : Wanita itu didalam surga ! ” (HR. Ibn Hibbab no. 5764). Maka berhati-haitlah saudaraku atas apa yang kalian ucapkan dan kalian tuduhkan, agar kalian tidak menjadi seperti yang digambarkan dalam hadis diatas ?!?
Lalu sikap kalian yang cenderung tertutup dan tidak mau berdiskusi tentang hal yang kalian permasalahkan dengan pihak yang kalian tuduh. Lalu sikap kalian yang asal tuduh, ( dengan penuh rasa fanatik kepada golonganmu) kalian dg enteng menolak semua pendapat yg berasal dari selain ulama kelompok Salafi, sekalipun pendapat itu dibangun dengan dasar argumentasi yg kuat dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta sesuai dengan pemahaman Salaf As-Saleh !!!.
Kemudian kalian mendiamkan mereka, dengan anggapan seorang muslim yang baik harus memusuhi ahlul bid’ah adalah juga bukan sikap seorang muslim. Apalagi tuduhan itu tidak berdasar dan hanya ungkapan emosi kemarahan semata, sehingga banyak diantaranya merupakan fitnah dan mereka-pun (pihak penuduh) tidak pernah berusaha tabayun (meneliti kebenarannya) kepada pihak yang tertuduh ?!?
Lalu bagaimana anda menafsirkan hadis Nabi SAW dari Abu Ayub Al-Anshari ra. , dari Nabi SAW : “Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari lalu bertemu kemudian saling berpaling (tidak bertegur sapa). Dan hal yang baik dari keduanya adalah yang pertama kali mengucapkan salam” (HR. Muslim no. 2560\Bab Tahrim Al-Hajr Fauqa Tsalats Bilaa U’dzrin Syar’iyin). Apakah anda tetap akan berdiam seribu bahasa, menutup mata, telinga dan hati anda dari argumentasi yang disampaikan pihak yang anda tuduh, padahal itu adalah hak mereka ?!
Biasanya kalian menukil sejumlah qaul dari sejumlah ulama untuk membenarkan sikap kalian, diantaranya semisal :
Al Fudlail bin Iyyadl tatkala berkata :”Saya telah mendapatkan bahwa sebaik-baik manusia seluruhnya adalah Ahli Sunnah dan mereka senantiasa melarang bergaul dengan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/138 nomor 267). Atau pendapat lain seperti Yahya bin Abi Katsir ketika ia berkata : “Kalau kamu bertemu ahli bid’ah di suatu jalan maka ambillah jalan lain.” Begitu pula kata Al Fudlail bin Iyyadl. (Al I’tisham 1/172, Al Ibanah 2/474-475 nomor 490 dan 493, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ 55, Asy Syari’ah 67, dan Al Lalikai 1/137 nomor 259). Atau Abu Qilabah yang berkata : “Janganlah kamu duduk bersama ahli ahwa’ dan jangan berdialog dengan mereka sebab sesungguhnya saya tidak aman kalau-kalau mereka membenamkan kamu dalam kesesatan mereka atau mengaburkan apa-apa yang telah kamu ketahui.” (Al Bida’ 55, Al I’tisham 1/172, Al Lalikai 1/134 nomor 244, Ad Darimy 1/120 nomor 391, Al Ibanah 2/473 nomor 369, Asy Syari’ah 61). Al Fudlail bin Iyyadl berkata : “Jangan kamu duduk (bermajelis) bersama ahli bid’ah sebab sesungguhnya saya khawatir kamu tertimpa laknat.” (Al Lalikai 1/137 nomor 261 dan 262) dan lain2 !!!
Pada hakekatnya apa yang dimaksud oleh para Ulama ini adalah bid’ah yang telah jelas bertentang dengan nash yang qath’i dan mengancam aqidah kaum muslimin, seperti apa yang didakwahkan mu’tazilah, jabariyah dll.
Sedangkan apa yang diserukan oleh sebagian harokah Islam hari ini adalah sebagaimana yang diserukan oleh generasi salaf ash-shalih sebelumnya (yaitu para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in) yaitu meneruskan kembali kehidupan Islam dimana seluruh aturan Allah SWT dapat diterapkan oleh seluruh umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan mereka tanpa terkecuali, dan itu tidak mungkin terealisasi tanpa keberadaan Daulah Khilafah Al-Islamiyah !!? Karena aqidah yang dibangun dalil yang qath’I, jelas tidak ada perselihan kaum muslimin atasnya dan aqidah inilah yang akan mengikat seluruh kaum muslimin sebagaimana generasi salaf ash-shalih dahulu bersatu dengan aqidah semacam ini. Sangat disayangkan kalian selalu berupaya untuk ‘mempengaruhi’ umat dengan cara memelintir qaul2 seperti ini, dengan pemahaman yang keliru tentunya. Dengan melakukan pelbagai ‘manipulasi’, seakan2 harokah2 ini adalah ‘titisan’ dari mu’tazilah, jabariyah dan lain2. padahal seharusnya kritik kalian, disampaikan kepada harokah2 islam ini kemudian dilakukan dialog guna mencari solusi dari permasalahan yang ada, tidak langsung memuat selebaran atau menulis di majalah lalu disebarkan ditengah2 masyarakat tanpa melakukan tabayun pada ulama\tokoh atau harokah yang bersangkutan !!!
Apalagi yang seharusnya dijadikan dalil adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW, dan tidak cukup menukil sebagian qaul ulama tapi disalah fahami dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh para ulama tersebut dan konteks (keadaan) yang melatar belakangi mereka mengeluarkan pendapat seperti itu. Dan sangat tidak tepat menggunakan qaul para ulama ini untuk memperlakukan umat Islam yang lain dengan cara yang malah bertentangan dengan ayat dan hadis\riwayat yang shahih dari Rasul SAW. Perhatikan hal ini, wahai Salafi !!?
Sebagaimana sabda nabi SAW dari Ibn Abbas ra. : “…..Akan tetapi hendaknya ada bukti dari orang yang menuduh dan ada sumpah dari orang yang mengingkari” (HR. Al-Baihaqi dan lain-lain, sebagian lafadznya adalah Ash-Shahihain sedang Imam Nawawi dalam Hadis Al-Arbain menyatakan hadis ini hasan). Sudahkah kalian memberi kesempatan kepada mereka yang kalian tuduh untuk membantah tuduhan itu, walaupun sekedar sumpah untuk mengingkari tuduhan-tuduhan itu ??
Tentunya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat akan meminta pertanggung jawaban kepada kalian dan orang yang kalian anggap sebagai syeikh, dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan, yang tidak jelas buktinya dan tidak berusaha mencari tanggapan balik dari yang tertuduh !?!
Apakah kalian akan mengabaikan dan melanggar semua hadis itu dengan bersikukuh mengatakan: ‘beginilah cara kami memperlakukan ahlul bid’ah’, padahal apakah sesuatu itu merupakan bid’ah atau tidak memerlukan penelitian yang mendalam dari para Ulama yang mendalam ilmunya dan bukannya sesuatu yang masih diperselisihkan para Ulama. Sungguh jauh sikap yg yg kalian pilih dengan apa yg ditunjukkan oleh generasi terbaik umat ini yaitu generasi Salaf Ash-Sholeh !!!.
Apatah lagi para ulama yang berbeda pendapat dalam masalah ini, tidak saling melontarkan kata-kata keji seperti tuduhan ahlul bid’ah, ahlul ahwa’ dsb, kepada ulama lain yang berbeda pendapat dengannya. Kecuali orang yang datang belakangan yang mengklaim dirinya Ulama penerus Salaf, yang tentu kualitas keilmuannya jauh dibawah para Ulama Rabbani ini, yang lisan mereka begitu enteng untuk mengkafirkan saudaranya sesama muslim dan menjelek-jelekkan para Ulama dengan mengatakan ‘ulama fulan dan fulan’ salah dalam masalah aqidah atau masalah din lainnya dan hanya Imam kami yang benar’ !!!
Wal Iyadzu billah, kami berlindung kepada Allah dari ucapan keji seperti ini dan semoga Allah segera menunjukkan yang Haq itu adalah Haq, sedang yang batil itu adalah batil ?!? Dan semoga perilaku buruk ini tidak menular pada umat islam yang lain, karena ia ibarat virus yang berbahaya yang dapat membahayakan umat !! Tapi kami tetap berdo’a semoga, saudara kami ini segera menyadari kesalahannya dan kembali bersama-sama dengan umat Islam yang lain berjuang demi Izzul Islam wal Muslimin.
Dan terakhir, kami ingin mengingatkan saudara akan hadis nabi SAW yang menjelaskan keadaan orang yang mereka suka mencaci maki, menuduh orang lain tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang dzalim, menumpahkan darah, dan memukul orang yang tidak bersalah sebagai orang yang bangkrut, sekalipun mereka membawa pahala shalat, puasa, zakat, haji dan amal-amal shaleh yang lain !!?. Perhatikan dengan baik hadis dari Abi Hurairah ra. ,dari Nabi SAW : “Tahukan engkau siapakah orang yang bangkrut itu ?, Para Sahabat menjawab : Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dirham dan harta benda. Lalu Nabi SAW menjawab : Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) puasa dan shalat, tetapi mereka suka mencaci maki, menuduh orang lain tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang dzalim, menumpahkan darah, dan memukul orang yang tidak bersalah. Sebagian amal kebaikankanya diberikan untuk menebus pada (kejahatan) ini, dan sebagian yang lain untuk menebus kejahatan (yang lainnya), sehingga (semua) amal kebaikannya habis. Tetapi kesalahannya masih belum tertebus, lalu diambilkan dari dosa-dosa mereka (orang yang pernah didzalimi), lalu ditanggungkan kepadanya (orang yang sholat, puasa tapi suka mencaci maki menuduh tanpa bukti dll), kemudian ia dilempar ke dalam neraka” (HR. Muslim no. 2581\Bab Tahrim Adz-Dzulm).
Kami tidak akan berbicara kecuali sekedar meyampaikan Al-Haq langsung dari sumbernya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kalau argumentasi yang dibangun dari Al-Qur’an dan As-Sunnah belum juga membuka akal dan hati kalian, maka lisan siapapun juga tidak akan berhasil !?! Tugas kami hanyalah menyampaikan Al-Haq dan memberi nasehat !!? Hanya kepada Allah kami mengharapkan pahala dari amal ini. Dan hanya Allah-lah yang akan membalas dan menjadi Hakim atas apa yang diperselisihkan diantara hamba-hamba-Nya ?!? Duhai Allah, sungguh telah hamba sampaikan ?!?!. Wallahu a’lam bi shawab .
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tertanda
Al-Mujaddid
Sumber Didapati Dari(link)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan