Hadis hiri ini

Hadis Abdullah bin Amru bin Al-As r.a:
Seseorang telah bertanya Rasulullah s.a.w: Apakah sifat orang Islam yang paling baik? Rasulullah s.a.w bersabda: Seseorang yang menyelamatkan orang-orang Islam dengan lidah dan tangannya.

Ahad, 21 Februari 2010

NASEHAT UNTUK KELOMPOK SALAFI

NASEHAT UNTUK KELOMPOK SALAFI
Oleh : Al-Mujaddid

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya !!!.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senatiasa juga tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah SWT. Dan seluruh umat Islam yang istiqomah untuk terus melanjutkan estafet dakwah mereka dengan berusaha meninggikan kalimat Allah SWT dengan ditegakkannya syari’at Islam dalam istitusi Daulah Al-Khilafah Ar-Rasyidah yang akan segera tegak dalam waktu dekat dengan izin dan pertolongan Allah SWT.

Kami juga mendo’akan semoga KELOMPOK SALAFI tetap dalam perlindungan dan naungan dari Allah SWT. Amma ba’du :

Wahai Salafi, melalui surat ini kami ingin menyampaikan beberapa nasehat kepada kalian, ini merupakan kewajiban dari sesama muslim untuk saling memberi nasehat. Kami ingin mengingatkan kepada saudara, bahwa saling mencintai karena Allah dan menjalin persaudaraan dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling utama, dan ia adalah buah dari akhlak yang terpuji. Adapun berkaitan dengan akhlak yang baik, Allah menegaskan : “Dan sesungguhnya kamu bener-benar mempunyai budi pekerti yang agung” (QS– Al-Kalam:4). Adapun mengenai persaudaraan dan kebersamaan, maka Allah SWT berfirman : “Maka dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara” (QS – Ali Imran : 103).

Dan bukankah Allah telah menjanjikan melalui lisan suci nabinya bahwa ia akan memberi naungan kelak pada hari kiamat kepada hamba-Nya yang saling mencintai karena-Nya, dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, sebagaimana hadis dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW : Sesungguhnya Allah SWT berfirman kelak pada hari kiamat, dimana orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku pada hari aku menaungi mereka dalam Naungan-Ku. Tidak ada naungan (pada saat itu) kecuali naungan-Ku (HR. Muslim no. 2566\Bab Fi Fadhli Al-Hubbi Fillah). Maka renungkan ini, wahai Salafi !?!

TUDUHAN KEPADA SEBUAH HARAKAH DAKWAH SEBAGAI AHLUL AHWA’

Wahai Salafi, ada hal yang harus kami ingatkan kepada kalian tentang tuduhan saudara bahwa orang atau kelompok yang tidak menjadikan hadis ahad sebagai dalil dalam masalah aqidah adalah Ahlul Ahwa’ (pengikut hawa nafsu). Kami ingatkan bahwa tuduhan seperti ini (tanpa dasar alasan yang benar) adalah laknat yang anda lontarkan kepada saudara anda sesama muslim !!!

Kami ingin saudara memperhatikan hadis Rasul SAW dari Abu Darda’ ra. : “Seorang hamba jika ia melaknat sesuatu, laknat itu akan naik ke langit lalu pintu-pintu langit ditutup, kemudian laknat itu dikembalikan ke bumi lalu pintu-pintunya pun (pintu-pintu bumi) ditutup. Lalu ia mencari kekanan dan kekiri sampai tidak ada lagi ijin (tempat). Lalu ia akan kembali pada yang dilaknat jika laknat itu benar. Jika tidak, maka laknat itu akan kembali pada yang melaknat” (HR. Abu Dawud no. 4905 \ Bab Fi Al-La’an) .

Imam Adz-Dzahabi mengunakan hadis ini untuk menetapkan dosa melaknat tanpa alasan yang benar merupakan dosa besar (Lihat Kitab Al-Kabair oleh Imam Adz-dzahabi). Jadi hendaknya kelompok salafi berhati-hati dengan tuduhan yang ia lontarkan !

Lagipula apa yang kalian ucapkan adalah bukan termasuk akhlak seorang muslim yang senantiasa menjaga lisannya dari kata yang melaknat, sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Nabi SAW : “Bukanlah seorang muslim yang suka melaknat, mencela, berkata keji dan kotor” (HR. Ibn Hibban no. 196\Bab Dzikru Nafyi Ismi Al-Imam ‘Aman Ata bi Baghdil Khisal Al-lati Tanqushu bi ityanihi imanihi).

Islam telah melarang untuk melaknat salah satu dari makluk-Nya seperti melaknat angin, apalagi laknat kepada makhluk-Nya yang bernama manusia hanya karena sikap ta’ashub yang berlebihan sehingga tidak bisa lagi melihat antara yang haq dan yang batil, hanya hitam-putih menurut Ustadz atau syeikhnya !! Yang hakekatnya ia telah mengabaikan banyak hadis shahih dalam masalah keharusan menjaga kehormatan seorang muslim dengan dalih memerangi dan mengingkari ahlul bid’ah !?!. Perhatikan hadis berikut, wahai Salafi :

Dari Ibn Abbas ra., seorang lelaki melaknat angin kemudian Nabi SAW bersabda : “Janganlah kamu melaknat angin, karena hal itu tidak diperintahkan. Dan barangsiapa melaknat sesuatu padahal ia bukan orangnya (tuduhan yang tidak berdasar), maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat !” (HR. At-Tirmidzi no.1978\Bab Ma jaa fil laknah).

Apalagi kalian menyatakan sebuah gerakan Islam beserta orang yang ada didalamnya, ‘aqidahnya telah menyimpang’. Ucapan ini berbahaya karena mengandung takfir (pengkafiran). Karena seorang muslim yang menyimpang aqidahnya, maka ia telah keluar dari Islam. Atas dasar apa anda menuduh mereka telah meyimpang aqidahnya ?? Apa hanya karena ucapan seorang Ustadz atau syeikh yang sama sekali tidak pernah membaca – apalagi mengkaji pendapat dan pemikiran dari Gerakan yang bersangkutan !!!

Sekali lagi kami ingatkan saudara dengan hadis Rasul SAW dari Ibn Umar ra.: “Siapa saja yang berkata kepada saudaranya : ‘Wahai orang kafir’. Maka akan kembali (sebutan kafir itu) kepada salah satu dari keduanya (orang yang dituduh), jika ia seperti yang dituduhkan. Jika tidak (sebutan kafir itu) akan kembali kepadanya” (orang yang menuduh) (HR. Muslim no. 60 dalam Bab Bayan Hal Al-Iman Man Qala li Akhihi Al-Muslim : ‘Ya Kafir’).

Seandainya kalian mau mengkaji langsung pada kitab2 dari harokah yg kalian tuduh dan bertabayun dengan anggota dari harokah yg bersangkutan. Pasti kalian tahu bahwa sebagian besar apa yang dituduhkan adalah tidak benar, bahkan merupakan fitnah. Seandainya tuduhan peyimpangan aqidah ini tidak terbukti, kami takut tuduhan ini akan kembali kepada kalian !?!. Maka berhati-hatilah wahai saudaraku, atas apa yang kalian perbuat dan kalian ucapkan karena itu akan dimintai pertanggung jawaban di sisi Allah SWT !!!

Apakah kalian tidak menginginkan apa yang Allah janjikan kepada hambanya yang saling mencintai kerana-Nya. Dan itu diejawantahkan dengan ucapan yang baik yang jauh dari mencela, mengfitnah atau menghina saudaranya sesama muslim !?! Kenikmatan itu berupa istana di dalam surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan !!. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Imam Ali ka. dari Nabi SAW : “Didalam surga terdapat sebuah kamar yang kamu dapat melihat dalamnya dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dari dalamnya. Seorang arab (badui) berdiri lalu berkata : Wahai Rasullullah, untuk siapa (kenikmatan) itu ? Rasul SAW menjawab : Bagi mereka yang baik ucapannya, memberi makan (pada faqir miskin), senantiasa berpuasa, melakukan shalat untuk Allah pada malam hari ketika manusia sedang terlelap dalam tidurnya” (HR. At-Tirmidzi no. 1984\Bab Maa Jaa fi Al-Qaul bil Ma’ruf) .

MAKNA SILAHTURAHIM

Wahai Salafi, kalian menyatakan tidak ada silaturahim dengan ahlul bid’ah (menurut definisi anda dan kelompok anda), bahkan ‘wajib’ memutuskannya sebagai tahdzir atas bid’ah yang ia lakukan !?. Sehingga dengan ‘serampangan’ kalian kemudian menyimpulkan bahwa memutuskan hubungan dengan umat Islam yang lain (mungkin dengan orang yang pernah menjadi sahabat anda) karena suatu alasan, seperti mereka berbeda kelompok dengan kalian atau aqidah mereka menurut ‘anggapan’ kalian adalah sesat adalah tidak termasuk memutus tali silaturahmi !?!. Untuk menjelaskan ‘syubhat’ ini hendaknya kalian memperhatikan ayat Al-Qur’an berikut : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka, dan dibutakan penglihatan mereka” (Surat Muhammad : 23-24 ).

Imam Ath-Thabari menjelaskan ayat ini sebagai berikut : “Apakah kamu akan kembali seperti pada masa jahiliyah dengan bermusuhan dan berpecah belah setelah Allah SWT mempersatukan kalian dengan Islam dan ia (Allah SWT) telah mempersatukan hati mereka dengannya (Islam)” (Lihat tafsir Ath-Thabari jilid 26\hal.56).

Imam Ibn Katsier menambahkan apakah kamu akan kembali seperti kebodohan pada masa jahiliyah dengan saling menumpahkan darah (karena hal yang sepele) dan saling memutus tali sitaturahim (diantara kalian). Merekalah yang diancam dengan ayat : ‘Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka, dan dibutakan penglihatan mereka’. Maka Allah melarang membuat kerusakan secara umum dan memutus tali silaturahmi secara khusus. Dan sebaliknya Allah memerintahkan untuk membuat kebaikan di muka bumi dan menyambung tali silaturahmi (Lihat tafsir Ibn katsier jilid 4\hal. 179).

Lalu siapakah yang dimaksud dalam ayat ini, kalau bukan kaum muslimin yang hidup pada masa Rasul SAW yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar ? Bukankan kaum Muhajirin dan Anshar tidak ada hubungan kekerabatan ? Bukankah hal pertama yang dilakukan oleh Rasul SAW setelah hijrah ke madinah adalah mempersaudarakan orang Muhajirin dan Anshar, contohnya adalah bagaimana beliau SAW mempersaudarakan antara Abu bakar dengan Kharijah ibn Zaid, antara Umar ibn al-Khatab dengan Utban ibn Malik Al-Khazraji, antara Thalhah ibn Ubaidillah dengan Abu Ayub Al-Anshari, Abdurrahman ibn Auf dengan Sa’ad ibn Rabi’ (Lihat Sirah Ibn Hisyam dan Sirah Ibn Ishaq)!

Ketahuilah, bahwa persaudaraan ini adalah dalam hal agama dan kehormatan, bukan dalam hal nasab (Lihat Kitab Tafsir Ath-Thabari jilid 16\hal. 322-323) !! Walaupun demikian, ikatan persaudaraan yang diikat dengan ikatan aqidah sebagaimana persaudaraan antar umat Islam kedudukannya lebih tinggi daripada ikatan darah, lihatlah dalam perang badar, perang uhud, perang ahzab dan bagaimana seorang anak berperang melawan ayahnya sendiri yang pada waktu masih kafir !

Bukankah Islam juga sangat memuliakan aktifitas silaturrahim dan menyambung tali persaudaraan diantara kaum muslimin. Perhatikan lagi sabda Nabi SAW berikut : ‘Barangsiapa yang senang jika dilapangkan rizkinya atau diakhirkan ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi’ (HR. Muslim no. 2557\Bab. Silah Ar-rahim wa Tahrim Qatha’iha dan HR. Bukhari no 5639\Bab Man Basatha lahu fi Ar-Rizqi bi Silah Ar-Rahim).

Sebaliknya, Allah akan melaknat orang yang memutus tali silaturahim, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis – hadis berikut :

1-Dari Nabi SAW : ” Tidak akan masuk surga orang yang memutus (qathi’) !. Berkata Ibn Abi Umar , Sufyan telah berkata : ‘yakni orang yang memutuskan tali silaturahmi ‘ (HR. Imam Muslim no. 2556\Bab Silah Ar-Rahim wa Tahrim Qatha’iha).

2- Dari Nabi SAW, ia bersabda : “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, setelah Ia selesai menciptakan makluk-Nya, Ar-Rahim (yaitu Allah SWT) berfirman : ‘Ini adalah tempat kamu berlindung dari Al-Qathi’ah (orang yang memutus tali silaturrahim) !’. Berkata (para makhluk-Nya) : ‘Benar (na’am)’. Allah berfirman lagi : ‘Apa kamu ridha, jika Aku menyambung kepada orang yang menyambung (silaturahim) denganmu, dan Aku memutus kepada orang yang memutus (silaturahim) denganmu ?’. (Para Makhluk) menjawab : ‘Mau, Wahai Tuhan’ !’. Ia (Allah SWt) lalu berfirman : ‘Ini untukmu !’. Lalu Rasul SAW membaca ayat (Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan) (Surat Muhammad ayat 22)” (HR. Bukhari no 5641\Bab Washala Washallahullah ) .

Sehingga menjadi suatu hal yang sangat jelas bagi seorang muslim yang ‘berakal’ bahwa aktifitas menyambung tali silaturahim adalah akfitas yang diridhai dan dicintai oleh Allah SWT !!

Suatu aktifitas yang dinafikan oleh sekelompok orang yang dengan mudah mengklaim pendapat atau pemikiran kelompok yang lain yang berbeda dengannya sebagai sesuatu yang bid’ah dalam agama, sekalipun para Ulama sebelumnya tidak ada yang menyebut itu sebagai suatu yang bid’ah selama pendapat itu dibangun dari nash syara’ (Al-Kitab dan As-Sunnah) dan melalui proses istimbath yang benar (dengan metode ushul fiqh yang shahih) ?!? Maka siapa yang akan anda ikuti, apakah nash syara (Al-Kitab dan As-Sunnah) atau klaim kelompok anda yang masih bermasalah ??! Dimana tuduhan-tuduhan itu cenderung mengajak pada permusuhan dan perpecahan, dengan mengabaikan proses dialog untuk mencari pendapat yang lebih rajih (kuat dalil dan argumentasinya), dimana hal ini jelas dimurkai Allah SWT. Dalil untuk masalah ini coba kalian lihat hadis berikut : “Sesungguhnya Allah ketika mencintai seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu berkata : Sungguh Aku telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril-pun mencintainya. Lalu ia menyeru kepada penduduk langit, kemudian berkata : Sesungguhnya Allah SWT telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit-pun mencintainya. Lalu hal ini disampaikan dan diterima oleh penduduk bumi, maka seluruh penduduk bumi -pun mencintainya. Sebaliknya ketika Allah ketika menbenci seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu ia berkata : Sungguh Aku telah membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril-pun menbencinya. Kemudian ia menyeru kepada penduduk langit, lalu ia berkata : Sesungguhnya Allah SWT telah membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka penduduk langit-pun menbencinya. Lalu kebencian itu disampaikan ke bumi, (maka seluruh penduduk bumi-pun membencinya -pent)” (HR. Imam Muslim no. 4773\Kitab Al-Birr Wa Sillah Wa Al-Adab).

Hendaknya kalian, wahai Salafi memperhatikan diri kalian dengan siapa kalian berguru dan bersahabat, ‘apakah ia orang yang alim yang ikhlas, berakhlak mulia dan memuliakan saudaranya dari kaum muslimin; atau seorang yang mengaku Ustadz yang dengan mudah menyalahkan dan mengucap kata keji kepada para Ulama kalau pendapat para Ulama itu tidak cocok dengan selera hawa nafsunya’ !?! Dan sesungguhnya kalian tahu tentang hal ini. Maka camkan peringatan Allah tentang masalah ini : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagimu” (QS Ali Imron: 18).

HAK SEORANG MUSLIM

Wahai Salafi, ada hal lain yang perlu kami sampaikan dalam surat ini. Kami ingin mengingatkan kembali bahwa Islam telah menetapkan sejumlah hak dan kewajiban antar sesama muslim yang harus dijaga dan dilaksanakan. Diantara hak-hak sesama muslim itu adalah :

a- Tidak boleh berprasangka buruk, menyebarkan kabar dusta, saling memata-matai, saling mendengki, saling memusuhi. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW : “Hati-hatilah kamu dari prasangka, sesungguhnya prasangka adalah ucapan paling dusta. Janganlah kamu saling menyebarkan kabar (dusta), janganlah saling memata-matai, saling berbuat kikir, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Maka jadilah hamba Allah yang saling bersaudara” (HR. Muslim no. 2563\Bab Tahrim Adz-dzan wal tajasus wal tanafus wal janajusy wa nahwiiha).

b- Tidak boleh mendzalimi, tidak menolong dan menghina saudaranya sesama muslim. Perhatikan hadis dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW bersabda : “…..Seorang muslim menjadi saudara bagi muslim yang lain, ia tidak mendzaliminya, tidak menolongnya, dan tidak menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram atas muslim lainnya darah, harta dan kehormatannya” (HR. Muslim no. 2564\Bab Tahrim Dzulm Al-Muslim wa Khadzlihi wa Ihtiqarihi wa Damihi wa Irdhihi wa Malihi).

c- Tidak dengan sengaja mencari aib saudaranya sesama muslim. Dalilnya adalah hadis dari Muawiyah ra. dari Nabi SAW : “Jika kamu mencari-cari aib manusia, maka kamu akan merusak mereka atau hampir saja kamu akan merusak mereka” (HR. Abu Dawud no. 4888\Bab Fi An-Nahyi an At-Tajassus).

Dari Ibn Umar ra. ia berkata : Suatu saat Nabi duduk diatas mimbar lalu berseru dengan suara yang keras : “Wahai orang-orang, yang orang lain selamat dari (kejahatan) tangannya, niscaya al-iman tidak akan masuk ke dalam hatinya jikalau ia tidak menyakiti dan mencari aib kaum muslimin. Dan hendaknya kamu jangan mencari aib mereka, barangsiapa mencari aib seorang muslim maka Allah akan mencari aibnya. Dan barangsiapa dicari aibnya oleh Allah, maka Allah akan menampaknya (aibnya) walaupun di dalam rumahnya” (HR. 1494\Bab As-Satr alal muslim wa al-ghadh ala auratihim).

Dari Zaid Ibn Wahab ia berkata : “Seseorang mendatangi Ibn Mas’ud, lalu berkata : Orang ini jenggotnya meneteskan khamr. Lantas Abdullah berkata : Kami melarang untuk melakukan mata-mata dan jika kami melihat sesuatu (kemungkaran), maka kami akan meyampaikannya” (HR. Abu Dawud no. 4890\Bab Maa Ja’a fi Qaul bil Ma’ruf). Lalu bagaimana dengan ucapan-ucapan kalian, yang berusaha mencari-cari kesalahan dari sesama kaum muslimin (kebenaran dari klaim Salafi ini hanya Allah yg Maha Tahu akan kebenarannya, dan akan meminta pertanggung jawabannya bila itu adalah dusta belaka), hanya untuk memuaskan hawa nafsu permusuhan dan kebencian yang dihembuskan oleh syeitan dalam hati kalian !!!

Maka Allah-lah yang lebih layak kalian takuti bukan orang yang kalian anggap syaeikh tapi tidak memiliki kelemah-lembutan dan sikap bijaksana sebagaimana layaknya seorang Alim Rabbani ?!?

d- Membantu saudaranya bila mengalami kesusahan, bukan malah mendzaliminya. Dalil dalam masalah ini :

Dari Nabi SAW : “Seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain. Ia tidak mendzalimi dan membiarkan saudaranya (tidak menolong) ketika memiliki hajat, maka Allah yang akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitan yang ia hadapi kelak di hari kiamat” (HR. Abu Dawud no. 4893\ Bab Al-Muakhah). Sekarang kaji kembali, wahai Ikhwan sikap anda kepada sahabat2 anda dulu, apakah sudah menunjukkan sikap seorang muslim yang beraklak mulia atau seorang teman yang angkuh dan arogan ?!? Kalau mendzalimi orang lain saja adalah dosa besar, lalu bagaimana kalau yang didzalimi itu adalah orang yg pernah menjadi sahabat anta sendiri, demi memaksakan sesuatu pendapat yang tidak ada hak bagi anda untuk memaksakannya ! Ambillah pelajaran wahai Ikhwan !?!

e- Tidak boleh mengghibah saudaranya. Dalilnya dalah hadis dari Abu Hurairah ra. berikut :

Dari Nabi SAW : “Tahukah kamu apa itu ‘ghibah’ (menggunjing) ?. Para Sahabat berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ?. Nabi menjawab : Jika kamu menyebut sesuatu yang tidak disenangi saudaramu. Para Sahabat bertanya lagi : Bagaimana pendapat anda, jika apa yang aku katakan, memang ada pada saudaraku ?, Nabi berkata : ‘Sekalipun apa yang kamu katakan benar, maka kamu telah menggunjingnya dan jika yang kamu katakan tidak benar, maka kamu telah berbuat dusta kepadanya” (HR. Ibn Hibban no. 5789). Kemudian bagaimana dengan ucapan-ucapan kalian yang tiap hari mengghibah saudara kalian yang seharusnya menjadi sahabat kalian, hanya karena mereka tidak sefaham dengan kalian. Dan celakanya kalian tidak pernah berusaha melakukan tabayun dengan yang bersangkutan ?!? Hati-hatilah dengan apa yang anda ucapkan, wahai Salafi!!

Ini adalah sebagian dari hak dan kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya yang harus mereka jaga dan amalkan. Kami juga mengingatkan kalian agar kalian tidak mengatakan sesuatu tentang kelompok atau orang yang berbeda pendapat dengan kalian dengan sebutan yang buruk atau tuduhan yang tidak berdasar. Karena hal itu tentu akan menyakiti hati mereka, apalagi jika hal itu tidak terbukti. Dan kami yakin kalian tahu, jika semua itu tidak terbukti maka ia adalah fitnah keji belaka dan sungguh ini bukan perilaku seorang mukmin, yang semestinya saudaranya terjaga dari kejahatan tangan dan lisannya !?!

Maka semoga kalian mau mengambil pelajaran dari hadis yang diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra. dari Nabi SAW : “Orang mukmin adalah mereka yang manusia merasa aman bersamanya, dan orang muslim adalah mereka yang orang-orang Islam lainnya terjaga dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan keburukan yang dilakukan oleh tangannya. Seorang hamba tidak akan masuk surga jika tetangganya tidak aman dari kejahatannya” (HR. Al-Hakim no. 25).

Demi Allah wahai Salafi, camkan sekalipun ia adalah seorang ahli ibadah, tapi kalau ia tidak mampu untuk menjaga lisannya dari ucapan buruk, melontarkan tuduhan tidak berdasar dan menyebarkan fitnah keji, maka menjadi sia-sialah amal ibadahnya sebagai hukuman atas kesalahannya itu ?!? Semoga kalian dapat mengambil pelajaran dari hadis dari Abu Hurairah ra : seorang laki-laki berkata : Wahai Rasul Allah, ada seorang wanita yang banyak beribadah tetapi ia (suka) menyakiti (orang lain) dengan lisannya !. Maka Nabi SAW menjawab : Wanita itu berada di neraka. Lalu ia bertanya lagi : Wahai Rasul Allah, ada seorang wanita yang sedikit shalat dan puasanya, ia banyak bersedekah serta ia tidak (suka) menyakiti\mengganggu tetangganya ?. Rasul menjawab : Wanita itu didalam surga ! ” (HR. Ibn Hibbab no. 5764). Maka berhati-haitlah saudaraku atas apa yang kalian ucapkan dan kalian tuduhkan, agar kalian tidak menjadi seperti yang digambarkan dalam hadis diatas ?!?

Lalu sikap kalian yang cenderung tertutup dan tidak mau berdiskusi tentang hal yang kalian permasalahkan dengan pihak yang kalian tuduh. Lalu sikap kalian yang asal tuduh, ( dengan penuh rasa fanatik kepada golonganmu) kalian dg enteng menolak semua pendapat yg berasal dari selain ulama kelompok Salafi, sekalipun pendapat itu dibangun dengan dasar argumentasi yg kuat dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta sesuai dengan pemahaman Salaf As-Saleh !!!.

Kemudian kalian mendiamkan mereka, dengan anggapan seorang muslim yang baik harus memusuhi ahlul bid’ah adalah juga bukan sikap seorang muslim. Apalagi tuduhan itu tidak berdasar dan hanya ungkapan emosi kemarahan semata, sehingga banyak diantaranya merupakan fitnah dan mereka-pun (pihak penuduh) tidak pernah berusaha tabayun (meneliti kebenarannya) kepada pihak yang tertuduh ?!?

Lalu bagaimana anda menafsirkan hadis Nabi SAW dari Abu Ayub Al-Anshari ra. , dari Nabi SAW : “Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari lalu bertemu kemudian saling berpaling (tidak bertegur sapa). Dan hal yang baik dari keduanya adalah yang pertama kali mengucapkan salam” (HR. Muslim no. 2560\Bab Tahrim Al-Hajr Fauqa Tsalats Bilaa U’dzrin Syar’iyin). Apakah anda tetap akan berdiam seribu bahasa, menutup mata, telinga dan hati anda dari argumentasi yang disampaikan pihak yang anda tuduh, padahal itu adalah hak mereka ?!

Biasanya kalian menukil sejumlah qaul dari sejumlah ulama untuk membenarkan sikap kalian, diantaranya semisal :

Al Fudlail bin Iyyadl tatkala berkata :”Saya telah mendapatkan bahwa sebaik-baik manusia seluruhnya adalah Ahli Sunnah dan mereka senantiasa melarang bergaul dengan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/138 nomor 267). Atau pendapat lain seperti Yahya bin Abi Katsir ketika ia berkata : “Kalau kamu bertemu ahli bid’ah di suatu jalan maka ambillah jalan lain.” Begitu pula kata Al Fudlail bin Iyyadl. (Al I’tisham 1/172, Al Ibanah 2/474-475 nomor 490 dan 493, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ 55, Asy Syari’ah 67, dan Al Lalikai 1/137 nomor 259). Atau Abu Qilabah yang berkata : “Janganlah kamu duduk bersama ahli ahwa’ dan jangan berdialog dengan mereka sebab sesungguhnya saya tidak aman kalau-kalau mereka membenamkan kamu dalam kesesatan mereka atau mengaburkan apa-apa yang telah kamu ketahui.” (Al Bida’ 55, Al I’tisham 1/172, Al Lalikai 1/134 nomor 244, Ad Darimy 1/120 nomor 391, Al Ibanah 2/473 nomor 369, Asy Syari’ah 61). Al Fudlail bin Iyyadl berkata : “Jangan kamu duduk (bermajelis) bersama ahli bid’ah sebab sesungguhnya saya khawatir kamu tertimpa laknat.” (Al Lalikai 1/137 nomor 261 dan 262) dan lain2 !!!

Pada hakekatnya apa yang dimaksud oleh para Ulama ini adalah bid’ah yang telah jelas bertentang dengan nash yang qath’i dan mengancam aqidah kaum muslimin, seperti apa yang didakwahkan mu’tazilah, jabariyah dll.

Sedangkan apa yang diserukan oleh sebagian harokah Islam hari ini adalah sebagaimana yang diserukan oleh generasi salaf ash-shalih sebelumnya (yaitu para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in) yaitu meneruskan kembali kehidupan Islam dimana seluruh aturan Allah SWT dapat diterapkan oleh seluruh umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan mereka tanpa terkecuali, dan itu tidak mungkin terealisasi tanpa keberadaan Daulah Khilafah Al-Islamiyah !!? Karena aqidah yang dibangun dalil yang qath’I, jelas tidak ada perselihan kaum muslimin atasnya dan aqidah inilah yang akan mengikat seluruh kaum muslimin sebagaimana generasi salaf ash-shalih dahulu bersatu dengan aqidah semacam ini. Sangat disayangkan kalian selalu berupaya untuk ‘mempengaruhi’ umat dengan cara memelintir qaul2 seperti ini, dengan pemahaman yang keliru tentunya. Dengan melakukan pelbagai ‘manipulasi’, seakan2 harokah2 ini adalah ‘titisan’ dari mu’tazilah, jabariyah dan lain2. padahal seharusnya kritik kalian, disampaikan kepada harokah2 islam ini kemudian dilakukan dialog guna mencari solusi dari permasalahan yang ada, tidak langsung memuat selebaran atau menulis di majalah lalu disebarkan ditengah2 masyarakat tanpa melakukan tabayun pada ulama\tokoh atau harokah yang bersangkutan !!!

Apalagi yang seharusnya dijadikan dalil adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW, dan tidak cukup menukil sebagian qaul ulama tapi disalah fahami dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh para ulama tersebut dan konteks (keadaan) yang melatar belakangi mereka mengeluarkan pendapat seperti itu. Dan sangat tidak tepat menggunakan qaul para ulama ini untuk memperlakukan umat Islam yang lain dengan cara yang malah bertentangan dengan ayat dan hadis\riwayat yang shahih dari Rasul SAW. Perhatikan hal ini, wahai Salafi !!?

Sebagaimana sabda nabi SAW dari Ibn Abbas ra. : “…..Akan tetapi hendaknya ada bukti dari orang yang menuduh dan ada sumpah dari orang yang mengingkari” (HR. Al-Baihaqi dan lain-lain, sebagian lafadznya adalah Ash-Shahihain sedang Imam Nawawi dalam Hadis Al-Arbain menyatakan hadis ini hasan). Sudahkah kalian memberi kesempatan kepada mereka yang kalian tuduh untuk membantah tuduhan itu, walaupun sekedar sumpah untuk mengingkari tuduhan-tuduhan itu ??

Tentunya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat akan meminta pertanggung jawaban kepada kalian dan orang yang kalian anggap sebagai syeikh, dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan, yang tidak jelas buktinya dan tidak berusaha mencari tanggapan balik dari yang tertuduh !?!

Apakah kalian akan mengabaikan dan melanggar semua hadis itu dengan bersikukuh mengatakan: ‘beginilah cara kami memperlakukan ahlul bid’ah’, padahal apakah sesuatu itu merupakan bid’ah atau tidak memerlukan penelitian yang mendalam dari para Ulama yang mendalam ilmunya dan bukannya sesuatu yang masih diperselisihkan para Ulama. Sungguh jauh sikap yg yg kalian pilih dengan apa yg ditunjukkan oleh generasi terbaik umat ini yaitu generasi Salaf Ash-Sholeh !!!.

Apatah lagi para ulama yang berbeda pendapat dalam masalah ini, tidak saling melontarkan kata-kata keji seperti tuduhan ahlul bid’ah, ahlul ahwa’ dsb, kepada ulama lain yang berbeda pendapat dengannya. Kecuali orang yang datang belakangan yang mengklaim dirinya Ulama penerus Salaf, yang tentu kualitas keilmuannya jauh dibawah para Ulama Rabbani ini, yang lisan mereka begitu enteng untuk mengkafirkan saudaranya sesama muslim dan menjelek-jelekkan para Ulama dengan mengatakan ‘ulama fulan dan fulan’ salah dalam masalah aqidah atau masalah din lainnya dan hanya Imam kami yang benar’ !!!

Wal Iyadzu billah, kami berlindung kepada Allah dari ucapan keji seperti ini dan semoga Allah segera menunjukkan yang Haq itu adalah Haq, sedang yang batil itu adalah batil ?!? Dan semoga perilaku buruk ini tidak menular pada umat islam yang lain, karena ia ibarat virus yang berbahaya yang dapat membahayakan umat !! Tapi kami tetap berdo’a semoga, saudara kami ini segera menyadari kesalahannya dan kembali bersama-sama dengan umat Islam yang lain berjuang demi Izzul Islam wal Muslimin.

Dan terakhir, kami ingin mengingatkan saudara akan hadis nabi SAW yang menjelaskan keadaan orang yang mereka suka mencaci maki, menuduh orang lain tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang dzalim, menumpahkan darah, dan memukul orang yang tidak bersalah sebagai orang yang bangkrut, sekalipun mereka membawa pahala shalat, puasa, zakat, haji dan amal-amal shaleh yang lain !!?. Perhatikan dengan baik hadis dari Abi Hurairah ra. ,dari Nabi SAW : “Tahukan engkau siapakah orang yang bangkrut itu ?, Para Sahabat menjawab : Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dirham dan harta benda. Lalu Nabi SAW menjawab : Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) puasa dan shalat, tetapi mereka suka mencaci maki, menuduh orang lain tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang dzalim, menumpahkan darah, dan memukul orang yang tidak bersalah. Sebagian amal kebaikankanya diberikan untuk menebus pada (kejahatan) ini, dan sebagian yang lain untuk menebus kejahatan (yang lainnya), sehingga (semua) amal kebaikannya habis. Tetapi kesalahannya masih belum tertebus, lalu diambilkan dari dosa-dosa mereka (orang yang pernah didzalimi), lalu ditanggungkan kepadanya (orang yang sholat, puasa tapi suka mencaci maki menuduh tanpa bukti dll), kemudian ia dilempar ke dalam neraka” (HR. Muslim no. 2581\Bab Tahrim Adz-Dzulm).

Kami tidak akan berbicara kecuali sekedar meyampaikan Al-Haq langsung dari sumbernya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kalau argumentasi yang dibangun dari Al-Qur’an dan As-Sunnah belum juga membuka akal dan hati kalian, maka lisan siapapun juga tidak akan berhasil !?! Tugas kami hanyalah menyampaikan Al-Haq dan memberi nasehat !!? Hanya kepada Allah kami mengharapkan pahala dari amal ini. Dan hanya Allah-lah yang akan membalas dan menjadi Hakim atas apa yang diperselisihkan diantara hamba-hamba-Nya ?!? Duhai Allah, sungguh telah hamba sampaikan ?!?!. Wallahu a’lam bi shawab .

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tertanda

Al-Mujaddid

Sumber Didapati Dari(link)


Ilmuan Islam 1

Ibnu Battuta

Nama: Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Al-Lawati Al-Tanji
Gelaran : Ibnu Battuta atau As-Sham Ad-Din
Tarikh Lahir : 24 Februari 1304 bersamaan Rejab 704 Hijrah
Tempat lahir : Bandar Tanjah, Morocco
Meninggal Dunia : Tahun 779 Hijrah bersamaan 1372 Masihi
Sumbangan: Pelopor pengembaraan yang menghasilkan buku karangan mengenai benua Asia dan Afrika berdasarkan pengalaman perjalanan sendiri

Kebesaran Kerajaan Melayu bukan sahaja diakui dan diagungkan oleh bangsa Melayu semata-mata, malah seorang pengembara dari Arab, Ibnu Battuta. Didalam kitabnya,Tuhfat al-Nazhar beliau menyebut selama mengelilingi dunia hanya ada tujuh raja yang memiliki kelebihan luar biasa, iaitu Raja Iraq yang berbudi bahasa, Raja Hindustani sangat peramah, Raja Yaman berakhlak mulia, Raja Turki gagah perkasa, Raja Rom sangat pemaaf, Raja Turkistan bersifat tolak ansur dan Raja Melayu Malik Al-Zahir (Sumatra) yang berilmu pengetahuan luas dan mendalam.

Pengembaraan Ibnu Battuta bermula ketika usianya 21 tahun. Beliau meninggalkan Tanjah pada hari Khamis, 14 Jun 1325 masihi. Pengembaraan beliau mengambil masa 38 tahun meliputi perjalanan sejauh 120,000 kilometer dan singgah di 44 negara di dua benua Afrika dan Asia. Beliau kembali semula ke Morocco semasa pemerintahan Sultan Abu 'Inan dan kisah pengembaraan beliau ditulis oleh Ibn Juza melalui bukunya Tuhfat al Anzhar fi Ghoraib al Absar wa Ajaib al Asfa. buku tersebut diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa dan diterbitkan dibanyak tempat.

Kisah pengembaraan Ibnu Battuta terbahagi kepada tiga pusingan. Pusingan pertama bermula dari Tangier, Afrika Utara pada 13 Jun 1325 menuju Iskandariah sebelum meneruskan pengembaraan ke Dimyath dan Kaherah. Selanjutnya Ibnu Battuta merentasi bumi Palastin menuju Damsyik dan berjalan ke Ladzikiyah, seterusnya ke Aleppo. Dalam perjalanan berkenaan, Ibnu Battuta terlihat satu kafilah sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan ibadat haji lalu beliau bergabung dengan rombongan itu. Beliau menetap di Makkah selama 2 tahun.

Ibnu Battuta meneruskan pengembaraannya ke Yaman melalui jalan laut dan melawat Aden, Mombosa, Timur Afrika dan menuju ke Kulwa. Beliau kembali ke Oman dan balik semula ke Mekkah untuk menunaikan Haji pada tahun 1332 masihi, melaui Hormuz, Siraf, Bahrin dan Yamama.

Pada pusingan kedua pengembaraanya, Ibnu Battuta ke Syam dan Laut Hitam, Laut yang dihubungkan ke Laut Tengah oleh Selat Bosporus dan Laut Marmara serta Dardanela. Dari Laut Hitam, Ibnu Battuta meneruskan pengembaraannya ke Bulgaria, Rom, Rusia, Turki serta pelabuhan terpenting di Laut Hitam iaitu Odesia kemudian menyusuri sepanjang Sungai Danube.

Ibnu Battuta kemudian belayar menyeberangi Laut Hitam ke Semenanjung Crimea di mana beliau mengunjungi Rusia Selatan dan seterusnya ke India. Di India beliau pernah dilantik menjadi kadi dan tinggal selama beberapa tahun dan berkhidmat dengan keluarga seorang sultan. Beliau melanjutkan pengembaraannya hingga ke Sri Langka, Indonesia dan Canton, ibu negara Hong Kong. Kemudian Ibnu Battuta mengembara pula ke Sumatera, Indonesia dan melanjutkan perjalanan melalui laut Amman sebelum meneruskan perjalanan darat ke Iran, Iraq, Palestin dan Mesir. Beliau kembali ke Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji yang ke tujuh (terakhir) pada bulan November 1348 mesihi.

Perjalanan beliau ketiga bermula pada 753 Hijrah dimana beliau sampai ke Mali di tengah Afrika Barat sebelum kembali semula ke Pas, Maghribi untuk mentafsir hasil pengembaraannya. Salah seorang penulis Dar Ifta' di Pas iaitu Mohad. Ibnu Juza telah menyunting buku beliau dan menyusun dengan gaya bahasa yang teratur. Ibn Juza mengambil masa selama 3 bulan untuk menyelesaikan tugasnya pada 9 Disember 1355 masihi.

Setiap kali mengunjungi sesebuah negeri atau negara, Ibnu Battuta akan membuat catatan terperinci mengenai penduduk, pemerintah, ulamak serta kezaliman yang dilaksanakannya. Beliau turut menceritakan pengalamannya menempuh pelbagai cabaran seperti diserang penjahat, hampir lemas bersama kapal yang karam dan nyaris dihukum penggal oleh pemerintah yang zalim. Tetapi malangnya, pencapaian Ibnu Battuta yang luar biasa itu tidak mendapat penghargaan sewajarnya apabila manuskrip catatannya dirampas dan di sembunyikan kerajaan Perancis yang menjajah kebanyakan negeri di benua Afrika.

Manuskrip catatan beliau dipercayai disimpan di Bibliotheque Nationale, Paris, menyebabkan bangsa Arab sendiri tidak dapat menghargai pencapaiannya sebagai seorang pelayar Islam yang agung. Hakikatnya, Ibnu Battuta adalah perintis pengembaraan dunia yang berjaya menguasai benua Afrika dan Asia serta pengarang yang menghasilkan karya penting dalam dunia Islam

Sumber Didapati dari(link)

Ilmuan Islam 2

Ibnu Al-Awwam

Nama: Abu Zakaria Yahya bin Muhammad bin Al-Awwam Al-Isybil
Gelaran : Ibnu Al-Awwam
Tarikh Lahir : -
Tempat lahir : Seville
Meninggal Dunia : -
Sumbangan: Menghasilkan kitab mengenai pertanian dan penternakan yang diterjemahkan dalam pelbagai bahasa untuk rujukan petani serta peladang

Sesiapa yang menyemai semaian atau menanam pertanian, lalu dimakan oleh manusia, burung, atau binatang buas, maka ia adalah sedekah bagi dirinya. Demikian kata-kata hikmah ilmuan Islam, Abu Zakaria Yahya bin Muhammad bin Al-Awwam Al-Isybili atau Ibnu Al-Awwam.

Ibnu Al-Awwam hidup pada zaman paling sukar dan mencabar ketika peradaban Islam yang agung dari Andalus melalui zaman keruntuhan, tidak mematahkan semangat ilmuan ini menghasilkan kitab agung dalam bidang pertanian dan ternakan.

Kitab yang dinamakan Al-Filahah adalah sebuah kitab besar yang mempunyai 34 fasal. Ia dibahagikan kepada dua bahagian khusus iaitu pertanian dan empat fasal terakhir memberi tumpuan kepada bidang penternakan. Bahagian pertama, dikhususkan kepada cara memilih tanah dan bagaimana untuk menyuburkannya; baja dan cara pengendalian; air dan cara menanam pohon dengan mengenali jenis tumbuhan sama ada sesuai ditanam atau tidak.

Seterusnya beliau menjelaskan cara mengurus kebun bermula dari kaedah memilih pokok, jenis buah-buahan yang boleh ditanam mengikut kawasan dan waktu sesuai untuk bercucuk tanam. Beliau juga tidak lupa menunjukkan cara menyuntik pokok, mengahwinkan pokok, menyembuhkannya dari pelbagai penyakit serta cara menyimpan biji-bijian, buah-buahan basah dan kering.

Dalam bahagian kedua kitab Al-Filahah, Ibnu Al-Awwam membicarakan mengenai cara menternak dan merawat ternakan, disamping penelitian mengenai bentuk pembedahan serta cara menyembuhkan anggota badan ternakan yang sakit. Beliau juga mengkhususkan satu fasal yang lengkap mengenai kuda dimana penekanan diberikan kepada cara menternak kuda, cara menunggang dengan membawa senjata dan tanpa senjata.

Tidak ketinggalan, beliau menerangkan cara menternak dan memelihara unggas serta lebah dengan jelas, selain memperkatakan mengenai anjing. Menyedari manfaat ilmu yang tercatat dalm kitab itu, isi kandungannya diterjemahkan dalam pelbagai bahasa termasuk sepanyol (dicetak di Madrid pada 1802), Seville (1878) dan bahasa Perancis yang kemudian dicetak di Paris pada 1865.

Sebagai seorang yang begitu teliti, Ibnu Al-Awwam memastikan setiap kaedah pertanian yang ingin diperkenalkan melalui ujian praktikal terlebih dahulu sebelum diterangkan dalam bentuk tulisan. tidak hiranlah apabila Ibnu Al-Awwam turut digelar sebagai ilmuan Islam amanah kerana beliau begitu bertanggungjawab terhadap ilmu pengetahuan yang ingin disampaikan kepada orang lain.

Sebagai seorang yang jujur, beliau akan memastikan maklumat yang disampaikan tepat dan benar. Jika tumbuhan itu tidak sesuai untuk kawasan berkenaan, beliau akan memberitahu petani kedudukan yang sebenar. sikap itu juga menjadikan beliau seorang yang agak cerewet dan sentiasa meminta pemilik kebun memeriksa kebun mereka serta menyadiakan laporan perkembangan tanaman bagi memuaskan hati beliau.

Ilmuan Arab Muslim dan meraka yang membuat pengkhususan dalam bidang ilmu pertanian serta tumbuh-tumbuhan mengambil manfaat daripada kitab Al-Falahah kerangan Ibnu Al Awwam. Kaedah ilmu Ibnu Al-Awwam mempunyai pengaruh besar dalam bidang pertanian, di mana melalui apa yang diterangkan dalam buku berkenaan menjadi panduan berguna terutama kepada golongan yang berminat menceburi bidang perladangan dan penternakan.

Kitab Al-Falahah adalah rujukan terbaik bukan saja untuk petani zaman dahulu, malah sekarang dalam usaha mereka meningkatkan pengetahuan, seterusnya memajukan diri dalam bidang yang ingin diceburi.

Sumber didapati dari (link)

Ilmuwan Islam 3

Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah atau nama sebenarnya Nu'man bin Tsabit bin Zhuthi' lahir pada tahun 80H/699M di Kufah, Iraq, sebuah bandar yang sudah sememangnya terkenal sebagai pusat ilmu pada ketika itu. Ianya diasaskan oleh ‘Abd Allah seorang sahabat zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ayahnya seorang pedagang besar, sempat hidup bersama Ali bin Abi Talib radhiallahu ‘anh. Abu Hanifah sekali-sekala ikut serta dalam urusniaga ayahnya akan tetapi minatnya yang lebih besar ialah ke arah membaca dan menghafal Qur'an.

Abu Hanifah pada satu hari telah berjumpa dengan seorang tokoh agama yang masyhur pada ketika itu bernama al-Sya’bi. Melihatkan kepintaran dan kecerdasan luar biasa yang terpendam dalam Abu Hanifah, al-Sya'bi menasihatkan beliau agar lebih banyak mencurahkan usaha ke dalam bidang ilmu-ilmu Islam. Dengan nasihat dan dorongan Abu Hanifah mula menceburkan diri secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Islam.

Abu Hanifah mula belajar dengan mendalam ilmu-ilmu qiraat, ilmu bahasa Arab, ilmu kalam dan lain-lain. Akan tetapi bidang ilmu yang paling diminatinya ialah ilmu hadis dan fiqh. Beliau banyak meluangkan masa dan tenaga mendalaminya. Abu Hanifah meneruskan pembelajarannya dengan bergurukan kepada al-Sya’bi dan beberapa tokoh ilmuan lain di Kufah. Menurut riwayat, jumlah gurunya di Kufah sahaja berjumlah 93 orang.

Beliau kemudiannya berhijrah ke bandar Basrah untuk berguru bersama Hammad bin Abi Sulaiman, Qatadah dan Shu’bah. Setelah sekian lama berguru dengan Shu’bah yang pada ketika itu terkenal sebagai Amir al-Mu’minin fi Hadis (Pemimpin umat dalam bidang hadis), beliau diizinkan gurunya untuk mula mengajar hadis kepada orang ramai. Berkata Shu'bah:

Sebagaimana aku ketahui dengan pasti akan kesinaran cahaya matahari, aku juga ketahui dengan pasti bahawa ilmu dan Abu Hanifah adalah sepasangan bersama.

Abu Hanifah tidak hanya berpuas hati dengan pembelajarannya di Kufah dan Basrah. Beliau kemudiannya turun ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Disana beliau duduk berguru kepada Atha bin Abi Rabah. Kemudiannya Abu Hanifah duduk pula bersama Ikrimah, seorang tokoh besar di Mekah yang juga merupakan anak murid kepada ‘Abd Allah ibn ‘Abbas, ‘Ali bin Abi Talib, Abu Hurairah dan ‘Abd Allah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhum. Kehandalan Abu Hanifah dalam ilmu-ilmu hadis dan fiqh diiktiraf oleh Ikrimah sehingga beliau kemudiannya membenarkan Abu Hanifah menjadi guru kepada penduduk Mekah.

Abu Hanifah kemudiannya meneruskan pengajiannya di Madinah bersama Baqir dan Ja’afar Kemudiannya beliau duduk bersebelahan dengan Malik bin Anas, tokoh besar kota Madinah ketika itu. Walaupun Abu Hanifah 13 tahun lebih tua daripada Malik, ini tidak menghalangnya untuk turut serta belajar. Apabila guru kesayanganya Hammad meninggal dunia di Basrah pada tahun 120H/738M, Abu Hanifah telah diminta untuk mengganti kedudukan Hammad sebagai guru dan sekaligus tokoh agama di Basrah. Melihatkan tiada siapa lain yang akan meneruskan perjuangan Hammad, Abu Hanifah bersetuju kepada jawatan tersebut.

Mulai di sinilah Abu Hanifah mengajar dan menjadi tokoh besar terbaru dunia Islam. Orang ramai dari serata pelusuk dunia Islam datang untuk belajar bersamanya. Disamping mengajar, Abu Hanifah ialah juga seorang pedagang dan beliau amat bijak dalam mengadili antara dua tanggung-jawabnya ini sebagaimana terang anak muridnya al-Fudail ibn yad:

Adalah Abu Hanifah seorang ahli hukum, terkenal dalam bidang fiqh, banyak kekayaan, suka mengeluarkan harta untuk sesiapa yang memerlukannya, seorang yang sangat sabar dalam pembelajaran baik malam atau siang hari, banyak beribadat pada malam hari, banyak berdiam diri, sedikit berbicara terkecuali apabila datang kepadanya sesuatu masalah agama, amat pandai menunjuki manusia kepada kebenaran dan tidak mahu menerima pemberian penguasa.

Pada zaman pemerintahan Abbasid, Khalifah al-Mansur telah beberapa kali meminta beliau menjawat kedudukan kerajaan. Abu Hanifah berkeras menolak tawaran itu. Jawapan Abu Hanifah membuatkan Mansur marah lalu dia menghantar Abu Hanifah ke penjara. Akan tetapi tekanan daripada orang ramai menyebabkan al-Mansur terpaksa membenarkan Abu Hanifah meneruskan pengajarannya walaupun daripada dalam penjara. Apabila orang ramai mula mengerumuni penjara untuk belajar bersama Abu Hanifah, Mansur merasakan kedudukannya mula tergugat. al-Mansur merasakan Abu Hanifah perlu ditamatkan hayatnya sebelum terlambat.

Akhirnya Abu Hanifah meninggal dunia pada bulan Rejab 150H/767M ketika di dalam penjara disebabkan termakan makanan yang diracuni orang. Dalam riwayat lain disebutkan bahawa beliau dipukul dalam penjara sehingga mati. Kematian tokoh ilmuan Islam ini dirasai oleh dunia Islam. Solat jenazahnya dilangsungkan 6 kali, setiapnya didirikan oleh hampir 50,000 orang jamaah. Abu Hanifah mempunyai beberapa orang murid yang ketokohan mereka membolehkan ajarannya diteruskan kepada masyarakat. Antara anak-anak murid Abu Hanifah yang ulung ialah Zufar (158H/775M), Abu Yusuf (182H/798M) dan Muhammad bin Hasan al-Syaibani (189H/805M).

Imam Malik bin Anas

Imam Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kota yang merupakan tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi yang dididik oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, radhiallahu ‘anhum. Sejarah keluarganya juga ada hubung-kait dengan ilmu Islam dengan datuknya sendiri seorang perawi dan penghafal hadis yang terkemuka. Pakciknya juga, Abu Suhail Nafi’ adalah seorang tokoh hadis kota Madinah pada ketika itu dan dengan beliaulah Malik bin Anas mula mendalami ilmu-ilmu agama, khususnya hadis. Abu Suhail Nafi’ ialah seorang tabi‘in yang sempat menghafal hadis daripada ‘Abd Allah ibn ‘Umar, ‘A'isyah binti Abu Bakar, Umm Salamah, Abu Hurairah dan Abu Sa‘id al-Khudri radhiallahu ‘anhum

Selain Nafi, Malik bin Anas juga duduk berguru dengan Ja'afar al-Siddiq, cucu kepada al-Hasan, cucu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Malik juga duduk belajar di Masjid Nabawi berguru dengan Muhammad Yahya al-Ansari, Abu Hazim Salmah al-Dinar, Yahya bin Sa'ad dan Hisham bin Urwah. Mereka ini semua ialah anak murid kepada sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi dengan para tabi‘in amatlah menguntungkannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus. Inilah antara sebab kenapa Malik bin Anas tidak pernah meninggalkan Madinah kecuali apabila pergi menunaikan ibadat hajinya.

Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi den-gan para tabi‘in amatlah menguntung-kannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus. Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi den-gan para tabi‘in amatlah menguntung-kannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus." hspace="12" src="Chap2.12.gif" align="left" v:shapes="_x0000_s1027" width="292" height="232">Malik bin Anas kemudiannya mengambil alih sebagai tokoh agama di Masjid Nabawi. Ajarannya menarik sejumlah orang ramai daripada pelbagai daerah dunia Islam. Beliau juga bertindak sebagai mufti Madinah pada ketika itu. Malik juga ialah antara tokoh yang terawal dalam mengumpul dan membukukan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Al Muwattha'. Kitabnya ini menjadi hafalan dan rujukan orang ramai sehinggakan ia pernah dikatakan oleh al-Syafi‘e sebagai:

Tidak wujud sebuah buku di bumi yang paling hampir kepada al-Qur'an melainkan kitab Imam Malik ini.

Antara tokoh besar yang duduk belajar bersama Malik ialah Abu Hanifah dari Kufah. Selain itu diriwayatkan bahawa sebanyak 1300 tokoh-tokoh lain yang duduk bersama menuntut ilmu bersama Malik di Masjid Nabawi. Antaranya termasuklah Muhammad bin Idris, yang kemudiannya terkenal dengan gelaran Imam al-Syafi‘e. Ketinggian ilmu Malik bin Anas pernah diungkap oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai:

Malik adalah penghulu dari para penghulu ahli ilmu dan dia pula seorang imam dalam bidang hadis dan fiqh. Siapakah gerangan yang dapat menyerupai Malik?

Malik pernah dihukum oleh gabenor Madinah pada tahun 147H/764M kerana telah mengeluarkan fatwa bahawa hukum talak yang cuba dilaksanakan oleh kerajaan Abbasid sebagai tidak sah. Kerajaan Abbasid ketika itu telah membuat fatwa sendiri bahawa semua penduduk perlu taat kepada pemimpin dan barangsiapa yang enggan akan terjatuh talak ke atas isterinya ! Memandangkan rakyat yang lebih taatkan ulama' daripada pemimpin, pemerintah Abbasid telah memaksa Malik untuk mensahkan fatwa mereka. Malik enggan malah mengeluarkan fatwa menyatakan bahawa talak sedemikian tidak sah (tidak jatuh talaknya). Malik ditangkap dan dipukul oleh gabenor Madinah sehingga bahunya patah dan terkeluar dari kedudukan asalnya. Kecederaan ini amatlah berat sehinggakan beliau tidak lagi dapat bersolat dengan memegang kedua tangannya di dada, lalu dibiarkan sahaja di tepi badannya.

Malik kemudiannya dibebaskan dan beliau kembali mengajar di Madinah sehinggalah beliau meninggal dunia pada 11 Rabiul-Awal tahun 179H/796M. Di antara anak-anak murid beliau yang masyhur ialah ‘Abd al-Rahman bin al-Qasim al-Tasyri (191H/807M), Ibn Wahhab Abu Muhammad al-Masri (199H/815M) dan Yahya bin Yahya al-Masmudi (234H/849M).

Imam al-Syafi‘e

Imam al-Syafi`e lahir di Gaza, Palestin pada tahun 150H/767M. Nama sebenarnya ialah Muhammad bin Idris al-Syafi‘e. Beliau mempunyai pertalian darah Quraish dan hidup tanpa sempat melihat ayahnya. Pada umur 10 tahun ibunya membawanya ke Mekah untuk ibadah Haji dan selepas itu beliau tetap berada di sana menuntut ilmu. Di Mekah al-Syafi‘e memulakan perguruannya kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, mufti Kota Mekah ketika itu.

Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam, iaitu ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah. Kitab ilmu yang paling terkemuka pada ketika itu ialah al-Muwattha' karangan Malik bin Anas dan al-Syafi‘e dalam usia mudanya 15 tahun telahpun menghafal keseluruhan kitab tersebut. al-Syafi‘e kemudiannya berhijrah ke Madinah untuk berguru dengan penulis kitab itu sendiri. Ketika itu al-Syafi‘e berumur 20 tahun dan beliau terus duduk bersama Malik sehinggalah kematiannya pada tahun 179H/796M. Ketokohan al-Syafi‘e sebagai murid terpintar Malik bin Anas mulai diiktiraf ramai. al-Syafi‘e mengambil alih sebentar kedudukan Malik bin Anas sebagai guru di Masjid Nabawi sehinggalah beliau ditawarkan kedudukan pejabat oleh Gabenor Yaman. Jawatan al-Syafi‘e di Yaman tidak lama kerana beliau telah difitnah sebagai pengikut Mazhab Syi‘ah. Selain itu pelbagai konspirasi lain dijatuhkan ke atasnya sehinggalah beliau dirantai dan dihantar ke penjara Bagdad, pusat pemerintahan Dinasti Abbasid ketika itu.

dibawa menghadap ke Khalifah Harun al-Rashid dan beliau berjaya membuktikan kebenaran dirinya. Kehandalan serta kecekapan al-Syafi‘e membela dirinya dengan pelbagai hujah agama menyebabkan Harun tertarik kepadanya. al-Syafi‘e dibebaskan dan dibiarkan bermastautin di Baghdad. Di sini al-Syafi‘e telah berkenalan dengan anak murid Abu Hanifah dan duduk berguru bersama mereka, terutamanya Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani. Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah.

Pada tahun 188H/804M, al-Syafi‘e berhijrah ke Mesir. Sebelum itu beliau singgah sebentar di Mekah dan di sana beliau diberi penghormatan dan dipelawa memberi kelas pengajian. al-Syafi‘e kini mula diiktiraf sebagai seorang imam dan beliau banyak meluahkan usaha untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah. Usahanya ini tidak disambut baik oleh penduduk Mekah kerana kebiasaan mereka kepada ajaran Malik.

Pada tahun 194H/810M, al-Syafi‘e kembali semula ke Baghdad dan beliau dipelawa untuk memgang jawatan qadi bagi Dinasti Abbasid. Beliau menolak dan hanya singgah selama 4 tahun di Baghdad. al-Syafi‘e kemudian kembali ke Mesir dan memusatkan ajarannya di sana. Daud bin Ali pernah ditanya akan kelebihan al-Syafi‘e berbanding tokoh-tokoh lain pada ketika itu, maka beliau menjawab:

al-Syafi‘e mempunyai beberapa keutamaan, berkumpul padanya apa yang tidak terkumpul pada orang lain. Dia seorang bangsawan, dia mempunyai agama dan i'tiqad yang benar, seorang yang sangat murah hati, mengetahui hadis sahih dan hadis daif, nasikh, mansukh, menghafal al-Qur'an dan Hadis, perjalanan hidup para Khulafa' al-Rashidun dan amat pandai mengarang.

Dalam usahanya untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah, al-Syafi‘e menghadapi banyak tentangan daripada pengikut-pengikut Mazhab Maliki yang taksub kepada guru mereka. Pada satu malam dalam perjalanan balik ke rumah dari kuliah Maghribnya di Mesir, al-Syafi‘e telah dipukul sehingga menyebabkan kematiannya. Pada ketika itu al-Syafi‘e juga sedang menghadapi penyakit buasir yang agak serius.

al-Syafi‘e meninggal dunia pada 29 Rejab tahun 204H/820M di Mesir. Beliau meninggalkan kepada dunia Islam sebuah kitab yang paling agung dalam bidang usul fiqh berjudul al-Risala. Kitab ini adalah yang terawal dalam menyatakan kaedah-kaedah mengeluarkan hukum dari pada sesebuah nas al-Qur’an dan al-Sunnah. Selain itu al-Syafi‘e juga meninggalkan kitab fiqhnya yang masyhur berjudul al-Umm. Ajaran al-Syafi‘e diteruskan oleh beberapa anak muridnya yang utama seperti Abu Yakub al-Buwayti (231H/846M), Rabi’ bin Sulaiman al-Marali (270H/884M) dan Abu Ibrahim bin Yahya al-Muzani (274H/888M).

Imam Ahmad bin Hanbal

Abd Allah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada tahun 164H/781M. Ayahnya seorang mujahid Islam dan meninggal dunia pada umur muda 30 tahun. Ahmad kemudiannya dibesarkan oleh ibunya Saifiyah binti Maimunah. Ahmad bin Hanbal menghafal Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia sudah menjadi penghafal hadis yang terkenal. Ahmad bin Hanbal meneruskan pengajian hadisnya dengan sekian ramai guru dan beliau pada akhir hayatnya dijangkakan telah menghafal lebih daripada sejuta hadis termasuk barisan perawinya.

Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia su-dah menjadi penghafal hadis yang terkenal.

Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia su-dah menjadi penghafal hadis yang terkenal.

Pada tahun 189H/805M Ahmad bin Hanbal berhijrah ke Basrah dan tidak lama kemudian ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu Di sana beliau sempat duduk berguru dengan al-Syafi‘e. Sebelum itu guru-gurunya yang masyhur ialah Abu Yusuf, Husain ibn Abi Hazim al-Washithi, ‘Umar ibn ‘Abd Allah ibn Khalid, ‘Abd al-Rahman ibn Mahdi dan Abu Bakar ibn ‘Iyasy. Pada tahun 198H Ahmad bin Hanbal ke Yaman pula untuk berguru dengan ‘Abd al-Razzaq ibn Humam, seorang ahli hadis yang besar ketika itu, terkenal dengan kitabnya yang berjudul al-Musannaf. Dalam perjalanannya ini Ahmad mula menulis hadis-hadis yang dihafalnya setelah sekian lama.

Ahmad bin Hanbal kembali semula ke Baghdad dan mula mengajar. Kehebatannya sebagai seorang ahli hadis dan pakar fiqh menarik perhatian orang ramai dan mereka mula mengerumuninya untuk belajar bersama. Antara anak muridnya yang kemudian berjaya menjadi tokoh hadis terkenal ialah al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud. al-Qasim ibn Salam pernah berkata:

Ahmad bin Hanbal adalah orang yang paling ahli dalam bidang hukum dan aku tidak melihat ada orang yang lebih mengetahui tentang al-Sunnah selain dia. Dia tidak pernah bersenda gurau, dia selalu berdiam diri, tidak memperkatakan apa-apa selain ilmu.

Ahmad bin Hanbal pernah mengalami pengalaman hidup dalam penjara kerana kekerasannya menentang Mazhab Mu’tazilah yang diterima oleh pemerintah Abbasid ketika itu. Mereka (pemerintah) memaksa Ahmad mengesahkan mazhab baru tersebut. Ahmad enggan dan ini menyebabkan

beliau dirotan dalam penjara sehingga tidak sedarkan diri.

Ketegasan Ahmad dan tekanan daripada rang ramai akhirnya menyebabkan pihak pemerintah terpaksa membebaskan beliau. Ahmad kemudian meneruskan pengajarannya kepada orang ramai sehinggalah kematiannya pada tahun 241H/856M. Ahmad bin Hanbal meninggalkan kepada dunia Islam kitab hadisnya yang terkenal iaitu al-Musnad yang mengandungi lebih kurang 30,000 hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atsar para sahabat radhiallahu ‘anhum. Dua orang anaknya yang utama meneruskan perjuangan ayah mereka, iaitu ‘Abd Allah bin Ahmad dan Salih bin Ahmad.

Demikian secara ringkas riwayat hidup para imam mazhab yang masyhur. Selain itu terdapat juga beberapa tokoh yang tidak kurang hebatnya yang hidup sezaman dengan mereka. Akan tetapi kerana beberapa sebab, mazhab para tokoh ini tidak bertahan lama atau tidak menjadi masyhur. Antara tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu ialah

· Imam al-Awza‘e. Nama sebenar beliau ialah Abd al-Rahman ibn al-Awza‘e
Dilahirkan di kota Ba’labek, Syria pada tahun 89H/708M. Terkenal sebagai seorang tokoh hadis yang terkemuka pada zamannya. Antara prinsip ajaran fiqhnya ialah menjauhkan penggunaan kaedah qiyas apabila wujudnya dalil yang jelas dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Mazhab al-Awza‘e terkenal di Syria, Jordan, Palestin dan Lubnan sehinggalah ke kurun ke 10M apabila Mazhab al-Syafi‘e mula mempengaruhi penduduk di sana. al-Awza‘e meninggal dunia di Beirut pada tahun 157H/774M. Prinsip-prinsip ajaran beliau berkenaan penggunaan qiyas banyak tertulis di dalam kitab-kitab usul fiqh hingga ke hari ini.

· Imam Zaid adalah cucu kepada Ali bin Abi Talib melalui anaknya Hasan. Beliau di lahirkan di Madinah pada tahun 81H/700M dan menumpukan perhatian kepada ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengajar di beberapa bandar dan kota, antaranya Madinah, Basrah Kufah dan Wasit. Ajarannya masih diamalkan hingga kini di beberapa lokasi terpencil di Yaman.

· Imam al-Layts ibn Sa‘ad berketurunan Parsi, lahir di Mesir pada tahun 97H/716M. Beliau mempelajari jurusan-jurusan ilmu Islam daripada Abu Hanifah dan Malik bin Anas. Ketokohannya di Mesir sangat terserlah sehinggakan al-Syafi‘e juga berhijrah ke sana untuk duduk belajar bersama anak-anak muridnya. al-Layts meninggal dunia pada tahun 174H/791M dan ajaran-ajarannya tidak tersebar luas kerana beliau melarang anak muridnya menulisnya.

· Imam Sufyan al-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 100H/719M dan merupakan salah orang ulama’ yang besar di sana di samping Abu Hanifah. Beliau berani menyuarakan ketidak-setujuannya terhadap beberapa prinsip pemerintahan Abbasid ketika itu yang tidak sehaluan dengan ajaran Islam. Sufyan al-Tsauri diburu oleh pihak pemerintah menyebabkan beliau banyak menghabiskan masa hidupnya mengajar dalam persembunyian hinggalah ke hari kematiannya pada tahun 160H/777M.

· Imam Dawud al-Zahiri lahir di Kufah pada tahun 236H/851M. Nama sebenarnya ialah Dawud bin ‘Ali. Beliau pernah berguru dengan al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal dalam ilmu hadis dan fiqh. Dawud bin ‘Ali berpegang kepada prinsipnya yang tersendiri iaitu hanya menerima nas al-Qur’an dan al-Sunnah dalam bentuknya yang zahir tanpa ditakwil atau diqiyaskan. Oleh itulah beliau terkenal sebagai al-Zahiri yang berasal dari perkataan ‘zahir’. Dawud bin ‘Ali meninggal dunia pada tahun 270H/883M dan mazhabnya banyak didokongi oleh tokoh ilmuan yang terkenal pada kurun ke 11M, iaitu Imam Ibn Hazm (456H/1064M).

· Imam al-Tabari atau nama sebenarnya Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Tabari lahir di Tabaristan pada tahun 224H/839M. Beliau banyak merantau menuntut ilmu di seluruh semenanjung Arab sehingga ke Mesir. Beliau sempat mendalami ajaran-ajaran Abu Hanifah, Malik dan al-Syafi‘e. Sekembalinya ke tempat asalnya beliau mula mengajar kepada orang ramai. Antara hasil tulisannya yang terkenal ialah kitab tafsir berjudul Jami’ al-Bayan yang terkenal sehingga hari ini.


Sumber dikutip dari (link)

Jika Allah Tak memberi


Allhamdulillah :,masih diberi kesempatan untuk melihat maya pada ini,dapat makan ,minum,menghirup sedup udara segar dan yang beruntung adalah kesihatan yang berpanjangan

Bagaiman jika ada mata tidak dapat melihat
Bagaimana jika ada telinga tidak dapat mendengar
Bagaimana jika ada kaki tak dapat berjalan
Bagaimana Jika ada akal tak boleh ber fikir
Bagaimana jika ada dua tangan tak dapat digunakan
Bagai mana ada hidung tak dapat menghidu
Bagaimana ada Hati tapi mati
Dan segala yang meliputi jasad kita ini tidak berfungsi

Apakah ertinya hidup Ini jika Allah tidak memberi fungsi diatas segala yang ada pada jasad kita ini,sungguh tidak mampu untuk manusia yang diberi dan dicipta_Nya sebaik-baik makhluk untuk menggerakkan sesuatu itu walaupun sebesar biji sawi

Firman Allah ,Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya" at-tin 4

Namun Allah tidak memberi kudrat yang boleh menggerakan sesuatu itu sebagaimana Kudrat-Nya yang maha satu tidak ada tolak banding.
Kerana kudrat itu adalah sifat yang sedia ada pada Zat Allah,jika tidak kerana kudrat Allah makhluk ini tak mampu berbuat apa-apapun

Namun manusia sudah lupa bila dikurnia kekayaan,banyak pengikut,pangkat,kebendaan yang banyak membuat manusia menjadi angkuh ,sombong hinggakan membawa kejalan riak,Lupakah jika Allah tidak memberi mampukah manusia ini untuk memperolehinya

Manusia kini banyak lupa baha insan yang dicintai Allah telah memperkenalkan sistem jemaah yang terunggul dan tak pernah diperkenalkan oleh mana-mana pemimpin agung dulu kini,namun kealpaan manusia yang dikatakan berdarjat ini menjadi kan setaraf dengan haiwan
Apakah sistem jemaah yang di perkenalkan oleh Insan yang dicintai Allah itu Solat Lima waktu

Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang paling agung sekali di mana baginda merupakan pemimpin yang satu-satunya melaksanakan amalan yang paling penting dalam pembangunan umatnya iaitu solat berjemaah. Solat berjemaah ini merupakan satu sistem dunia dan akhirat yang tidak pernah diperkenalkan oleh mana-mana pemimpin dunia.

Namun hari ini jika dalam sistem perniagaan yang bermodalkan jutaan ringgit dapat kongsi sama-sama antara islam dan kafir,namun dalam jemaah solat tampa modal,'' banyak yang mengecewakan rohaninya sendiri, Padahal sesama islam yang dijamin Allah untuk syurga


Jika Allah tidak memberi manusia ini tak ujudpun dimaya pada ini.Apakah kerana kemurahan Allah ada yang sangggup menjual diri demi kebendaan ,walhal jalan itu adalah zulmat ,jalan nereka,

Jazakalah::Insya Allah kita jumpa lagi

Sabtu, 20 Februari 2010

Ciri Hamba-Hamba Allah yang Mencintai Allah SWt

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudara-saudariku yang kucintai karena Allah. Kali ini kita membahas tentang ciri hamba-hamba Allah yang mencintai Allah SWT.

Yang pertama, Allah tujuan hidupnya, Allah ghayatuna.

Kemudian yang kedua, sangat taat kepada Allah SWT, istiqomah, berpegang teguh pada syariat Allah SWT.

Yang ketiga, mencintai mereka yang dicintai oleh Allah, (yaitu) para Rasul, para Anbiyya, para aulia, hamba-hamba Allah yang jujur, para syuhada, hamba-hamba Allah yang shaleh.

Kemudian yang keempat, dengan sangat senang hati melakukan apa yang Allah perintahkan untuk dirinya, dan apa yang Allah larang untuk dirinya. Karena ia tahu perintah-larangan Allah untuk kemaslahatan dirinya.

Yang kelima, selalu ingat kepada Allah, selalu berdzikir kepada Allah SWT. Selama berdzikir berarti selama itu ia bersama Allah.

Yang keenam, mengunjungi rumah Allah, Ka'bah Baitullah, Haji bagi mereka yang mampu. Umroh demi umroh, mengunjungi rumah Allah, masjid, musholla, ia jaga shalat berjamaah.

Kemudian mengunjungi nabi Muhammad SAW ke Madinah, ziarah, bershalawat kepada beliau, dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya. Mencintai Allah berarti mencintai nabi Allah.

Kemudian sangat senang membaca kalamullah, Al Qur'anul karim.

Yang kesembilan, sangat senang menyampaikan ajaran Allah, mendakwahkan ajaran Allah, pada diri sendiri, keluarga, handai taulan, kepada siapa pun.

Kemudian percaya yakin, benar-benar beriman kepada semua janji-janji Allah. Janji Allah di dunia, janji Allah di akhirat. Keyakinan kepada janji Allah melahirkan akhlaq yang mulia.

Kemudian percaya yakin beriman ditolong oleh Allah. Inilah Allah janjikan dalam surat Yunus ayat 62.

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS. Yunus: 62-64)


Sesungguhnya kekasih-kekasih Allah tidak takut apa yang akan terjadi, tidak bersedih apa yang sudah terjadi. Karena mereka benar-benar cinta, beriman kepada Allah, dan mereka hidup dalam ketaqwaan kepada Allah. Bagi mereka kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan itu pasti bagi mereka. Itulah kemenangan besar untuk mereka.

Kemudian, selalu melakukan yang terbaik untuk Allah, jihad fii sabilillah. Kemudian merindukan perjumpaan dengan-Nya. Subhanallah. Dan sangat senang menikmati ibadah, khusyuk dalam beribadah, merupakan bukti cinta kepada Allah, kekasih menghadap kekasih. Bukankah kekasih senang bermesraan dengan kekasihnya. Waktu bermesraan dengan kekasih adalah waktu-waktu beribadah kepada-Nya.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. []

{LINK}Sila klik untuk mendapat maklumat yang lebih lanjut

Penyakit Hati

ASSALAMUALAIKUM


HATI adalah makhluk yang utama dalam tubuh manusia ia juga nikmat paling tinggi diberikan Allah sebagai titik mula atau titik penamat untuk menilai kejujuran dan keikhlasan. Di hati lahirnya nawaitu(niat) yang menjadi kata putus sesuatu amalan yang diterima sebagai pahala atau sebaliknya.

Hati perlu diasuh dan dipelihara dengan semurninya agar tidak rosak, sakit, buta, keras dan tidak mati bagi mengelak penyakit masyarakat yang berpunca daripada hati.

Kepunahan pada hati membawa kepada kerosakan seluruh nilai hidup pada diri seseorang individu. Penyakit hati yang menyerang kebanyakan kita ialah penyakit fitnah, sama ada menjadi penyebar atau mudah mempercayai fitnah.

Perbuatan fitnah adalah sebahagian perbuatan mengadu-domba yang mudah menyebabkan permusuhan dua pihak yang dikaitkan dengan fitnah berkenaan.

Nilai kemanusiaan akan hilang dengan sendiriannya kerana fitnah yang amat dahsyat.Sedangkan Allah Taala telah memberi tahu dalama Firman-Nya bahawa manusia adalah sebaik-baik ciptaan-Nya
"sesungguhnya kami telah menciptakan manusiaan dalam bentuk yang sebaik-baiknya(d
an berkelengkapan sesuatu dengan keadaannya)"at-tin:4

Masyarakat yang gawat dengan kehidupan fitnah adalah masyarakat menuju muflis pahala hari akhirat.
Masyarakat yang dipenuhi budaya fitnah akan hidup dalam keadaan gawat. Sebelah pihak sibuk menyebarkan fitnah dan sebelah pihak lagi terpaksa berusaha menangkis fitnah itu.Manakala yang tak tahu apa-apa pula sibuk nak turut campur denga permasaalahan yang dia sendiri tak tahu,maka dinasihatkan agar tidak ikut campur dan dia wajib memilih jalan sesuatu yang tidak dilihat itu jika dibicara adalah fitnah
Allah memberi peringatan mengenai bahaya fitnah. Firman-Nya yang bermaksud: "Dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan" petikan(Surah al-Baqarah, ayat 191)

Pak turut yang ikut m
enyebarkannya sepatutnya faham yang beragenda takkan takut dengan dosa:, yang nampak adalah kuasa untuk mencerita pada nusa yang dialah berkuasa
Dengan sedikit maklumat, berita itu pak turut terus sebarkan melalui pelbagai saluran yang merebak dengan mudah. Berita sensasi, terutama berkaitan individu ternama dan selebriti mudah mendapat perhatian khalayak.

Apakah ini budaya pak turut yang diupah atau sengaja kerana cinta orang yang dicintai tampa mengerti atau lupa apakah itu dosa?

Sepatutnya semua orang Islam tahu bahawa fitnah bukanlan tanggapan tetapi dilarang oleh Allah apalagi fitnah tersebar secara berleluasa, ia bermakna nilai agama sudah musnah dalam diri seseorang atau masyarakat. Islam bertegas tidak membenarkan sebarang bentuk fitnah biarpun untuk tujuan apa sekalipun.

Hal ini telah dibayangkan oleh Nabi Muhammad solallah hu`ailihiwasalam dalam sebuah hadis
"Rasulullah bersabda bermaksud:Akan muncul suatu ketika di mana ilmu Islam dihapuskan, muncul pelbagai fitnah, berleluasa sifat kedekut dan banyak berlaku jenayah
"
(Hadis riwayat Muslim)

Sama lihat apakah teknologi yang dikurnia Allah hari ini adalah tempat yang boleh lempias fitnah secara mudah

Penyebaran fitnah mudah berlaku dalam era teknologi komunikasi moden sekarang. Kemudahan khidmat pesanan ringkas (SMS), laman web dan emel membolehkan penyebaran maklumat tanpa memerlukan bertemu secara berdepan, lebih mudah, cepat, meluas dan murah.Namun dosa adalah tidak dikurangkan walaupun sebesar zarah begitulahjuga azab api neraka

Akhir bicara penutup wancara marilah kita hayati sebuah hadis

Sabda Rasulullah SAW bermaksud: Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fitnah. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)


Muga Allah melimpahi rahmat pada setiap muslimin dan muslimat
Jazakallah

“Jika kita mendapati seorang teman tidak kira ikhwan atau akhwat, dan dilihat keadaan mereka sedang futur (malas), apa salahnya kita sebagai saudara seakidahnya menegur lalu mengingatkan mereka. InsyaAllah dengan qalallah dan qalarrasulullah, hati-hati mereka akan kembali ruju’, kerana sesungguhnya gerakan dakwah kita ini tertegak di atas dalil dan keadilan.”

"Matiku bukan tertakluk pada ketajaman pedang dan ajalku bukan terikat pada kegagahan makhluk tapi itu semua berada dalam genggaman takdir tuhanku." - MOFAS.

KLIK SINI

Sendiri fikir
at-Tin :4

"sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya(dan berkelengkapan sesuai dengan kedaannya)

sendiri fikir
al-Qiyamah 22-23
"Pada hari akhirat itu muka orang beriman berseri-seri ""melihat pada wajah Allah"

Qardhawi kesal sikap negara arab dan Islam

Ketua Institut Al-Quds Antarabangsa, Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan kekecewaanya terhadap keadaan bangsa Arab dan kaum muslimin masakini. Walaupun jumlah mereka banyak, namun dari segi kekuatan sangat lemah dan mudah dihina. Qardhawi mengkritik tajam sikap diam bangsa Arab terhadap apa yang terjadi kepada Palestin.

Pernyataan ini disampaikan Al-Qardhawi kelmarin (27/3) di Algeria, dalam sambutannya pada Persidangan Institut Al-Quds ke 5 yang sudah berlangsung tiga hari hingga hari ini di Aljir Al-Algeria. Beliau mengatakan, masalahnya kita hanya bercakap, sementara zionis sedang bekerja. Mereka terus membuat perancangan, sementara kita tidak ada kerja. Mereka terorganisasi, sementara kita bercerai berai. Mereka sentiasa bersatu sementara kita bercakaran sesama sendiri.

50 tahun sebelumnya, mereka merancang untuk mendirikan negara Zionis. Ternyata rancangan mereka berhasil, mereka telah berjaya mendirikan negara Zionis dengan bantuan perjanjian yang ditandatangani Jeneral British, Balfour dengan menyerahkan negara Palestin kepada Yahudi Inggeris. Zionis yang hanya 'beberapa kerat' itu telah mampu marampas Al-Quds dari tangan kita. Padahal jumlah kita sepertiga penduduk bumi, 1.5 billion dari lebih kurang 5 billion penduduk bumi.

Institusi Al-Quds adalah satu badan yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu rakyat Palestin, berupa "Jihad Madani'. Qardhawi mengingatkan tentang perancangan Israel membersihkan al-Quds dari penduduk muslim. Maka bentuk jihad yang boleh kita lakukan masakini adalah dengan membina masjid, hospital dan pelbagai infrastruktur yang boleh mengukuhkan Al-Quds sehingga kaum Muslimin boleh menghadapi penjajah Zionis Israel di sana.Dijelaskan pula, bahawa Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzi juga pernah menyebutkan 13 jenis jihad. Dan kini, Qardhawi mengatakan ingin menambahkan istilah jihad lain yang ke-14, iaitu Jihad Madani. 'Aktiviti Institut Al-Quds berada dalam lingkup jihad ini, ' jelasnya.

Menurut Qardhawi yang juga pemimpin Pertubuhan Ulama Antarabangsa. Terdapat 60 program yang dibawa oleh Yayasan Al-Quds untuk segera dilaksanakan. Beliau juga meminta pemerintah Arab dan Islam serta pelbagai organisasi sosial masyarakat untuk turut memberi sumbangsih dalam penerapan program tersebut. Acara ini diikuti Persidangan Institut Al-Quds yang kelima yang dihadiri oleh 200 peserta dari 45 negara. Badan ini dipimpin oleh Dr. Yusuf al-Qardhawi (Ketua Dewan sekretariat), Syeikh Faishal Mulawi (Ketua Dewan Ekskutif), Khalid Misy'al (Ketua Biro Politik Hamas), Ikrimah Shabri, Mathraani Athoallah Hana dan lain sebahagiannya dari kalangan pakar, cendekiawan, ulama dan tokoh masyarakat.






Coretan hati dari insan yg hidup mengejar cinta Allah..ameen… Cinta Allah tak dapat ditukar ganti Cinta manusia silih berganti Cinta Allah suci tulus hingga ke mati Cinta manusia selalu berakhir dgn benci Cinta Allah menyubur ketaqwaan Cinta manusia penuh kemungkaran Cinta Allah tinggalkan laranganNYA Cinta manusia meninggalkan syariatNYA Cinta Allah menyegarkan keimanan Cinta manusia mengikis keimanan Cinta Allah mengorbankan nafsu Cinta manusia mengorbankan tuhan Cinta Allah menambahkan keimanan Cinta manusia menambahkan kelalaian Cinta Allah meridhoi ujian Cinta manusia meridhoi kemaksiatan Cinta Allah sepanjang masa Cinta manusia sekejap ada, sekejap tiada Cinta Allah diiringi rahmat dan kurniaan Cinta Allah bersulam redha dan keampunan Cinta manusia meresahkan perasaan... Assalamualaikum >