Hadis hiri ini

Hadis Abdullah bin Amru bin Al-As r.a:
Seseorang telah bertanya Rasulullah s.a.w: Apakah sifat orang Islam yang paling baik? Rasulullah s.a.w bersabda: Seseorang yang menyelamatkan orang-orang Islam dengan lidah dan tangannya.

Isnin, 1 Mac 2010

Aqidah Islam 1

Aqidah Islam

Pemahaman Dasar Tentang “Tasyabbuh”
Juni 18, 2007 pada 12:42 pm (Akidah, Al aqidah, Anti Thogut, Aqidah, Aqidah Al Islamiyah, Aqidah Dan Tauhid, Aqidah Islam, Aqidah Muslim, Aqidah Nabi Alloh, Aqidah Shohihah, Artikel, Artikel Aqidah, Artikel Islam, At Tauhid, Blogging, Bukti Dan Fakta, Dakwah, Iman, Islam, Muslim, REligion, Religius, Tauhid, life)
MediaMuslim.Info – At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).
Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh karena itu, secara global kita katakan bahwa segala sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global.
Yang pertama kali harus kita pahami seperti dinyatakan dalam beberapa ketentuan Islam, bahwa dien (Islam) dibangun di atas pondasi yang dinamakan at-taslim, yakni penyerahan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Sedangkan at-taslim sendiri bermakna membenarkan seluruh yang diberitahukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Kemudian membenarkan apa-apa yang disampaikan Rasul-Nya, tunduk kepada perintah beliau, menjauhi larangannya dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk beliau.
Jika kita sudah memahami kaidah-kaidah di atas, maka hendaklah seorang muslim untuk:
1. Bertaslim terhadap apa-apa yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam.
2. Merealisasikannya dalam setiap amal perbuatan. Dan ajaran yang beliau bawa di antaranya larangan untuk bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir.
3. Setelah bertaslim, merasa tenang dengannya dan percaya penuh dengan yang dikabarkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Iman dengan segala yang disyari’atkan-Nya dan mewujudkan dalam perbuatannya, maka tidak dilarang baginya untuk mencari dalam sebab dan musababnya (mempertanyakan mengapa semua itu diharuskan kepada manusia, ed). Oleh karena itu kita dapat mengatakan, bahwa faktor yang menyebabkan kita dilarang bertasyabbuh dengan orang-orang kafir banyak sekali sebagian besar dapat diterima oleh akal sehat dan fitrah yang suci.
Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:
1. Semua perbuatan orang kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebenarnya titik tolak semua perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat menakjubkan anda atau tidak, baik yang dzahir (nampak nyata) kerusakannya ataupun terselubung. Karena sesungguhnya yang menjadi dasar semua aktivitas orang-orang kafir adalah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, ataupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian saja. Oleh karena itu jika ditemukan pada mereka perbuatan-perbuatan baik, maka di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak memberi arti apapun baginya dan tidak diberi pahala sedikitpun. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS: Al-Furqan: 23)
2. Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, maka seorang muslim akan menjadi pengikut mereka. Yang berarti dia telah menentang atau memusuhi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan dia akan mengikuti jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat peringatan yang sangat keras sekali, sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesuadah jelas datang kepadanya petunjuk dan mengikuti jalannya orang-orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir, pen.) kemudian Kami seret ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisa’: 115)
3. Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang diikuti yakni penyerupaan bentuk yang disertai kecenderungan hati, keinginan untuk menolong serta menyetujui semua perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di mana seorang muslim tidak diharapkan untuk terjerumus ke dalamnya.
4. Sebagian besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang-orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum pada agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran serta petunjuk yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan para pendahulu umat ini yang sholeh. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah bentuk kekaguman terhadap mereka. Sebaliknya, ia tidak akan merasa kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.
5. Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kecintaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang-orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla serta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan akibatnya dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Khususnya jika muqallid (si pengikut) merasa sedang terkucil atau sedang mengalami kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu apabila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasa bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini merupakan proses yang wajar dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati permasalahan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being).
Kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia bertemu dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian berbicara dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi apabila seseorang merasa serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana jika seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir karena kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Suatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid dan menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keinginan untuk mengikuti, mencontoh, dan akhirnya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa dilihat pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.
6. Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir pada dasarnya akan menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh karena itu sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi pada sebagian besar orang-orang yang mengikuti orang-orang kafir sekarang ini.
(Sumber Rujukan: Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Dr.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)

Tiada ulasan:

“Jika kita mendapati seorang teman tidak kira ikhwan atau akhwat, dan dilihat keadaan mereka sedang futur (malas), apa salahnya kita sebagai saudara seakidahnya menegur lalu mengingatkan mereka. InsyaAllah dengan qalallah dan qalarrasulullah, hati-hati mereka akan kembali ruju’, kerana sesungguhnya gerakan dakwah kita ini tertegak di atas dalil dan keadilan.”

"Matiku bukan tertakluk pada ketajaman pedang dan ajalku bukan terikat pada kegagahan makhluk tapi itu semua berada dalam genggaman takdir tuhanku." - MOFAS.

KLIK SINI

Sendiri fikir
at-Tin :4

"sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya(dan berkelengkapan sesuai dengan kedaannya)

sendiri fikir
al-Qiyamah 22-23
"Pada hari akhirat itu muka orang beriman berseri-seri ""melihat pada wajah Allah"

Qardhawi kesal sikap negara arab dan Islam

Ketua Institut Al-Quds Antarabangsa, Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan kekecewaanya terhadap keadaan bangsa Arab dan kaum muslimin masakini. Walaupun jumlah mereka banyak, namun dari segi kekuatan sangat lemah dan mudah dihina. Qardhawi mengkritik tajam sikap diam bangsa Arab terhadap apa yang terjadi kepada Palestin.

Pernyataan ini disampaikan Al-Qardhawi kelmarin (27/3) di Algeria, dalam sambutannya pada Persidangan Institut Al-Quds ke 5 yang sudah berlangsung tiga hari hingga hari ini di Aljir Al-Algeria. Beliau mengatakan, masalahnya kita hanya bercakap, sementara zionis sedang bekerja. Mereka terus membuat perancangan, sementara kita tidak ada kerja. Mereka terorganisasi, sementara kita bercerai berai. Mereka sentiasa bersatu sementara kita bercakaran sesama sendiri.

50 tahun sebelumnya, mereka merancang untuk mendirikan negara Zionis. Ternyata rancangan mereka berhasil, mereka telah berjaya mendirikan negara Zionis dengan bantuan perjanjian yang ditandatangani Jeneral British, Balfour dengan menyerahkan negara Palestin kepada Yahudi Inggeris. Zionis yang hanya 'beberapa kerat' itu telah mampu marampas Al-Quds dari tangan kita. Padahal jumlah kita sepertiga penduduk bumi, 1.5 billion dari lebih kurang 5 billion penduduk bumi.

Institusi Al-Quds adalah satu badan yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu rakyat Palestin, berupa "Jihad Madani'. Qardhawi mengingatkan tentang perancangan Israel membersihkan al-Quds dari penduduk muslim. Maka bentuk jihad yang boleh kita lakukan masakini adalah dengan membina masjid, hospital dan pelbagai infrastruktur yang boleh mengukuhkan Al-Quds sehingga kaum Muslimin boleh menghadapi penjajah Zionis Israel di sana.Dijelaskan pula, bahawa Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzi juga pernah menyebutkan 13 jenis jihad. Dan kini, Qardhawi mengatakan ingin menambahkan istilah jihad lain yang ke-14, iaitu Jihad Madani. 'Aktiviti Institut Al-Quds berada dalam lingkup jihad ini, ' jelasnya.

Menurut Qardhawi yang juga pemimpin Pertubuhan Ulama Antarabangsa. Terdapat 60 program yang dibawa oleh Yayasan Al-Quds untuk segera dilaksanakan. Beliau juga meminta pemerintah Arab dan Islam serta pelbagai organisasi sosial masyarakat untuk turut memberi sumbangsih dalam penerapan program tersebut. Acara ini diikuti Persidangan Institut Al-Quds yang kelima yang dihadiri oleh 200 peserta dari 45 negara. Badan ini dipimpin oleh Dr. Yusuf al-Qardhawi (Ketua Dewan sekretariat), Syeikh Faishal Mulawi (Ketua Dewan Ekskutif), Khalid Misy'al (Ketua Biro Politik Hamas), Ikrimah Shabri, Mathraani Athoallah Hana dan lain sebahagiannya dari kalangan pakar, cendekiawan, ulama dan tokoh masyarakat.






Coretan hati dari insan yg hidup mengejar cinta Allah..ameen… Cinta Allah tak dapat ditukar ganti Cinta manusia silih berganti Cinta Allah suci tulus hingga ke mati Cinta manusia selalu berakhir dgn benci Cinta Allah menyubur ketaqwaan Cinta manusia penuh kemungkaran Cinta Allah tinggalkan laranganNYA Cinta manusia meninggalkan syariatNYA Cinta Allah menyegarkan keimanan Cinta manusia mengikis keimanan Cinta Allah mengorbankan nafsu Cinta manusia mengorbankan tuhan Cinta Allah menambahkan keimanan Cinta manusia menambahkan kelalaian Cinta Allah meridhoi ujian Cinta manusia meridhoi kemaksiatan Cinta Allah sepanjang masa Cinta manusia sekejap ada, sekejap tiada Cinta Allah diiringi rahmat dan kurniaan Cinta Allah bersulam redha dan keampunan Cinta manusia meresahkan perasaan... Assalamualaikum >